Berita

Tokoh buruh, Muchtar Pakpahan/Net

Politik

Berita Duka, Tokoh Buruh Muchtar Pakpahan Dikabarkan Meninggal Dunia

SENIN, 22 MARET 2021 | 00:12 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

RMOL. Kabar duka datang dari kelompok buruh tanah air. Tokoh buruh, Muchtar Pakpahan dikabarkan meninggal dunia pada Minggu malam (21/3).

Kabar itu muncul dalam pesan berantai di WhatsApp Group yang diterima redaksi.

“Berita duka cita, telah meninggal dunia tokoh buruh Indonesia Bapak Prof. DR. Muchtar Pakpahan, SH, MA... mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya,” begitu bunyi pesan duka tersebut.


Pesan lain menyebutkan bahwa Muchtar meninggal pada pukul 22.30 di RS Siloam Semanggi

“Mohon dimaafkan atas sgla kesalahan beliau dan semog mendapatkan tempat yg terbaik di sisi Tuhan. Saat ini jenazah msh berada di RS dan msh mnunggu kabar selanjutnya dari keluarga,” tulis pesan itu,

Muchtar Pakpahan semasa hidup dikenal sebagai tokoh buruh Indonesia yang mendirikan serikat buruh independen pertama di Indonesia.

Pria kelahiran Simalungun, Sumatera Utara pada, 21 Desember 1953 ini adalah pendiri sekaligus mantan Ketua Umum DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dari tahun 1992 hingga 2003). SBSI merupakan organisasi buruh independen pertama di Indonesia.

Dia juga pernah menjabat sebagai anggota Governing Body ILO mewakili Asia dan Vice President World Confederation of Labor (ILO).

Di tahun 2003, Muchtar Pakpahan mendirikan Partai Buruh Sosial Demokrat. Sementara pada 2010, dia meninggalkan partai dan memilih fokus di kantor pengacaranya Muchtar Pakpahan Associates serta mengajar di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI).

Muchtar juga dikenal sebagai orang yang vokal menyuarakan perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru. Muchtar Pakpahan pernah ditahan beberapa kali di penjara. Pertama ditahan di Semarang pada Januari 1994, kemudian dipenjarakan di medan karena kasus demonstrasi buruh pertama di Indonesia pada tahun Agustus 1994 hingga Mei 1995.

Terakhir dia di penjara di LP Cipinang pada 1996 hingga 1997 karena rangkaian disertasinya menulis buku Potret Negara Indonesia yang isinya diperlukan reformasi sebagai alternatif revolusi. Dia pun diancam pidana mati karena dianggap melakukan subversif.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

12 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Pantai Bondi Australia

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39

Gereja Terdampak Bencana Harus Segera Diperbaiki Jelang Natal

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16

Ida Fauziyah Ajak Relawan Bangkit Berdaya Amalkan Empat Pilar Kebangsaan

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07

Menkop Ferry: Koperasi Membuat Potensi Ekonomi Kalteng Lebih Adil dan Inklusif

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24

Salurkan 5 Ribu Sembako, Ketua MPR: Intinya Fokus Membantu Masyarakat

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07

Uang Rp5,25 Miliar Dipakai Bupati Lamteng Ardito untuk Lunasi Utang Kampanye Baru Temuan Awal

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34

Thailand Berlakukan Jam Malam Imbas Konflik Perbatasan Kamboja

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10

Teknokrat dalam Jerat Patronase

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09

BNI Dukung Sean Gelael Awali Musim Balap 2026 di Asian Le Mans Series

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12

Prabowo Berharap Listrik di Lokasi Bencana Sumatera Pulih dalam Seminggu

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10

Selengkapnya