Berita

Ilustrasi Pertamina/Net

Publika

Manajemen Pertamina Bingung Cari Uang, Biaya Hidup Andalkan Utang

MINGGU, 14 MARET 2021 | 14:40 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MENGERIKAN cara mengelola BUMN zaman ini. Kalau zaman dulu BUMN menjadi andalan pemerintah untuk melayani hajat hidup orang banyak. Karena cita-citanya yang semacam itu dilalah BUMN pun zaman dulu untung semua.

Zaman sekarang BUMN tak lagi bisa untung. Semua merugi. Bahkan BUMN yang paling TOP, yakni Pertamina juga rugi. Seluruh rakyat tidak percaya kok jual BBM rugi. Bagaimana bisa? Sementara pedagang bensin eceran pinggir jalan jual BBM untung. Mbahnya BBM malah rugi.

Lebih aneh lagi mitra bisnis Pertamina yang swasta, tak ada kabarnya rugi. Semua untung. Tapi Pertamina malah rugi. Semester I 2020 rugi.

Konon katanya dengan jurus sim salambim tahun 2020 katanya akan ada untung. Tapi sampai saat ini Maret 2021 belum ada kabar Pertamina menyelesaikan laporan keuangan. Konon petinggi Pertamina dipecat oleh Presiden.

Akibat masalah keuangan bertubi-tubi, tak ada penyelesaian mengancam kondisi Pertamina. Perusahaan bisa gulung tikar akibat utang yang menggunung. Utang terus ditimbun tak ada henti hentinya.

Sampai dengan tahun 2020, utang Pertamina dari global bond saja mencapai 13.950 miliar dolar AS atau 200 triliun rupiah lebih. Total utang Pertamina jangka pendek dan jangka panjang mencapai Rp 580 triliun lebih. Ini semua bagaimana bayarnya ya?

Berita terbaru Pertamina akan menimbun utang lagi agar bisa bertahan menghadapi kemungkinan kebangkrutan. Masalah dijawab dengan masalah, yakni dengan utang baru.

Fitch Ratings telah menetapkan peringkat 'BBB' untuk surat utang dolar AS yang diusulkan PT Pertamina (Persero) (BBB/Stabil) yang akan diterbitkan di bawah program catatan jangka menengah global senilai 20 miliar dolar AS, atau sekitar 300 triliun rupiah.

Sementara di dalam tubuh pemerintah sendiri benturan tak henti-hentinya. Antara manamen sendiri. Antara komisasris dengan direksi. Antara direksi dengan pemerintah.

Perusahaan Pertamina dilanda kemelut dalam timbunan utang segunung. Kata Sinuhun pembangunan kilang tidak mengalami kemajuan walau cuma satu persen. Ngenes ya?

Penulis adalah peneliti senior Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya