Berita

Mantan Menteri Luar Negeri Maty Natalegawa/Net

Dunia

Krisis Myanmar, Marty Natalegawa: ASEAN Tidak Cukup Hanya Dalam Mode Mendengarkan

RABU, 03 MARET 2021 | 12:37 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Krisis di Myanmar merupakan ujian lakmus bagi ASEAN dan negara-negara di kawasan. Namun mantan Menteri Luar Negeri Maty Natalegawa optimis ASEAN dapat menunjukkan ketangguhannya.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera yang dirilis pada Selasa (2/3), Marty menyoroti bagaimana korban jiwa berjatuhan di Myanmar. Ia menyebut, junta militer seharusnya tidak hanya diminta untuk menahan diri dari kekerasan, tapi menghentikannya.

"Kita seharusnya tidak meminta mereka menahan diri, itu adalah lereng yang licin. Hak untuk berdemonstrasi secara damai tertanam dalam deklarasi hak asasi manusia ASEAN dan piagam kami. Berhenti menembaki orang dan bebaskan para pemimpin yang dipilih secara demokratis," ujar Marty.

Sejak awal perebutan kekuasaan oleh militer Myanmar, Marty mengatakan, ASEAN dan masing-masing negara anggotanya telah mengeluarkan pernyataan. Bahkan dalam sebulan terakhir, ASEAN aktif melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait.

Terbaru, pada Selasa (2/3), ASEAN juga menggelar Informal ASEAN Ministerial Meeting (IAMM).

Namun Marty menuturkan, ASEAN tidak cukup hanya menekankan pentingnya mendengarkan, khususnya dari pihak junta militer dan pemerintahan sipil terpilih. Alih-alih, ASEAN harus menyampaikan harapan.

"Ketika kita berbicara tentang ASEAN, itu bukanlah hubungan pihak ketiga. Myanmar adalah bagian dari ASEAN. Tidaklah cukup bagi ASEAN untuk hanya berada dalam mode mendengarkan," jelas Marty.

"ASEAN harus menyampaikan harapan mereka kepada junta, bahwa demonstran damai tidak boleh ditembak, dan pemimpin yang dipilih secara demokratis harus menjadi bagian dari solusi, mereka tidak boleh ditahan dengan tuduhan sembrono," lanjutnya.

Ketika ASEAN melakukan komunikasi dengan junta militer, ia menyebut memang akan menjadi dilema hubungan diplomatik, karena publik menganggap adanya pengakuan.

Untuk itu, Marty menekankan, sangat penting bagi ASEAN untuk menjelaskan bahwa bentuk komunikasi tersebut bukan sama sekali memberikan pengakuan atau legitimasi bagi junta.

Jika mengacu pada berbagai pengalaman yang telah dilewati, Marty optimis jika ASEAN bisa membuktikan perannya.

"Berbicara tentang demokrasi di kawasan saat ini hampir seperti bersiul dalam kegelapan. Tetapi seseorang harus gigih dan memiliki ketahanan," pungkasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya