Berita

Ilustrasi Jaya Suprana/Ist

Jaya Suprana

Belajar Mikul Duwur Mendhem Jero

JUMAT, 26 FEBRUARI 2021 | 11:18 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SATU di antara sekian banyak warisan kearifan leluhur Jawa yang saya coba pelajari maknanya adalah Mikul Duwur Mendhem Jero, yang kira-kira di dalam bahasa Indonesia bermakna menjunjung kebaikan setinggi-tingginya, memendam keburukan sedalam-dalamnya.

Politik

Layak disayangkan bahwa di atas panggung perhelatan politik terutama politik kekuasaan ternyata peribahasa ini kerap disalahtafsirkan.

Maka ada pendapat mengkritik Mikul Duwur Mendhem Jero sebagai paham feodal yang melarang kritik terhadap penguasa. Diyakini bahwa penguasa tidak boleh dikritik!

Saya pribadi tidak melibatkan diri ke dalam polemik demi lebih mematuhi pemahaman insan yang mengajarkan kearifan Mikul Duwur Mendhem Jero (MDMJ) kepada saya, yaitu ibunda saya.

Beliau memang senantiasa menghindari kegiatan politik kecuali politik kemanusiaan, maka ajaran tentang MDMJ sama sekali lepas dari kepentingan politik.

Ibunda saya memang tidak pernah bicara buruk tentang orang lain bahkan meski beliau adalah orangtua saya, tidak membatasi ruang gerak MDMJ hanya terhadap orang tua saya sendiri.

Ibunda saya mengajarkan bahwa inti sukma MDMJ pada hakikatnya adalah tidak bicara buruk terhadap sesama manusia, karena diri kita sendiri pada hakikatnya tidak sempurna, maka juga pasti punya sisi buruk.

Bicara Buruk

Ajaran ibunda saya senada-seirama dengan ajaran mahaguru pendidikan musik saya, Iravati Sudiarso, yang mengajarkan saya agar jangan pernah menulis buruk tentang sesama musisi.

Apabila memang ada hal yang buruk maka sebaiknya jangan kita bicarakan apalagi tulis sebagai kritik. Akibat diri saya sendiri juga tidak baik amat dalam bermusik, maka sebaiknya saya jangan bicara buruk terhadap sesama pemusik.

Maka saya mengagumi Franz Liszt tidak pernah bicara buruk tentang sesama pianis dan komponis, meski diri Franz Liszt sendiri kerap dilecehkan oleh sesama pemusik maupun para kritikus musik yang dengki terhadap Liszt akibat popularitas berlebihan.

Liszt senasib dengan Michael Jackson. Ismail Marzuki juga sempat dilecehkan oleh mereka yang menuduh sang pahlawan nasional tidak pernah menempuh pendidikan musik formal akademis.

Pedoman Akhlak

Namun kembali ke ajaran ibunda, saya sadar bahwa ajaran Mikul Duwur Mendhem Jero melengkapi warisan kearifan leluhur  keluarga Suprana yaitu Ojo Dumeh.

Setelah menerima warisan kearifan MDMJ dari ibunda maka saya berusaha untuk selalu Ojo Dumeh ditambah Jihad Al Nafs demi senantiasa niscaya menyadarkan diri saya sendiri bahwa diri saya sendiri mustahil sempurna.

Setiap kali ingin bicara buruk tentang orang lain saya berusaha mawas diri demi menahan diri agar tidak bicara buruk tentang orang lain.

Searah-setujuan dengan ajaran Jesus Kristus tentang siapa merasa diri tidak berdosa silakan lempar batu pertama. Maupun sikap Kresna yang membunuh Supala yang menghina Kresna di hadapan umum. Serta kearifan tiga kera bijak pedoman Mahatma Gandhi untuk tidak melihat, mendengar, bicara yang buruk.

Keyakinan

Namun tentu saja saya tidak boleh, karena tidak layak memaksakan keyakinan saya kepada orang lain. Bahkan akibat sikap dan perilaku apapun selalu pasti bisa dikritik, maka saya harus siap menerima konsekuensi menganut paham MDMJ yaitu dikritik sebagai manusia pengecut yang tidak berani mengkritik.

Naskah MDMJ ini juga bisa ditafsirkan sebagai bukti bahwa saya memang benar-benar seorang pengecut maka tidak berani mengkritik. Wajar apabila tulisan-tulisan serta kartun-kartun maupun acara gelar-wicara saya dinilai hambar dan membosankan akibat dianggap tidak menggigit.

Saya legowo menerima segenap kritik negatif bahwa saya memang tidak pandai menggigit akibat ompong, pakai gigi palsu pun kurang ideal untuk menggigit.

Maka adalah wajib hukumnya saya harus rendah hati untuk ikhlas menyerahkan kegiatan gigit-menggigit kepada orang lain yang lebih pandai dan bisa menggigit.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya