Berita

Ilustrasi/Repro

Jaya Suprana

Ojo Dumeh Menantang Halilintar

RABU, 17 FEBRUARI 2021 | 15:40 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

MUSIM hujan membawa musim banjir. Di samping musim banjir, juga datanglah musim halilintar. Pada musim hujan, kilatan petir lazim sambar-meyambar diiringi gemuruh gelegar menggema di angkasa.

Menurut data badan meterologi NASA, danau Makaraibo di Venezuela adalah tempat yang paling kerap disambar halilintar, disusul oleh Kabare dan Kampene di Kongo. Bogor di urutan keberapa.

Tidak Suka

Manusia tidak suka petir. Setiap saat melihat kilat petir menyambar langsung jantung manusia berdebar-debar padahal suara petir belum menggelegar.

Anjing langsung panik jika mendengar gemuruh suara petir. Para satwa di hutan belantara maupun padang rumput juga tidak suka petir. Pendek kata tidak ada mahluk hidup suka petir!

Maka sebenarnya mengherankan kenapa masyarakat Yunani justru menobatkan Zeus yang di Romawi disebut Jupiter sebagai dewa utama mitologi Yunani yang bersenjatakan halilintar.

Istilah halilintar terkesan lebih berwibawa ketimbang petir. Bahkan mahapemikir Sufi, Rumi, sempat menyatakan halilintar tidak bermanfaat seperti air hujan yang menyuburkan bunga. Apakah halilintar diciptakan Yang Maha Kuasa memang hanya untuk menakut-nakuti mahluk hidup?

Manfaat

Apabila ditelaah secara lebih cermat ternyata fungsi halilintar tidak sedangkal itu. Pada hakikatnya, segenap ciptaan Yang Maha Kuasa memiliki makna positif dan konstruktif.

Halilintar merupakan fenomena alam kodrati sebagai bagian melekat pada ekosistem yang ikut menjaga keseimbangan alam, bukan hanya di planet bumi namun menurut para astrofisikawan juga di planet lain-lain di galaksi Bima Sakti.

Maka bangsa Yunani yang banyak mengamati para bintang di langit menobatkan Zeus sebagai dewa utama yang membawa halilintar.
Dewa Halilintar di mitologi Jepang adalah Raijin, Thor di mitologi Norwegia, Seth di Mesir kuno, Chaaq di mitologi Maya, Dewa Indra di India.

Menurut Wayang Purwa, pukulan tinju Gatotkaca dengan aji Brajamusti memiliki daya hantam lebih dahsyat ketimbang sambaran halilintar.

Enerji


Halilintar merupakan enerji bermuatan negatif yang gesit meloncat dari awan ke awan atau dari awan ke permukaan bumi yang bermuatan positif.

Muatan positif bumi saling tarik-menarik dengan muatan negatif awan yang apabila bertemu memicu kilatan halilintar memproduksi arus daya elektrik luar biasa dahsyat. (Mohon dimaafkan bahasa awam yang saya gunakan untuk mengungkap kedahsyatan daya fisikal kilatan halilintar).

Kilatan halilintar yang memiliki daya enerji elektrikal kaliber langitan itu merupakan enerji ekulibrial yang menyeimbangkan  enerji bumi dengan udara.

Tampaknya Rumi lupa bahwa petir tidak kalah penting dari air hujan dalam berdayaguna menyuburkan tanaman. Atmosfer mengandung 70% nitrogen yang tidak berguna untuk tanaman. Petir membantu menetralisir kandungan nitrogen pada air hujan sehingga mampu menjadi zat penyubur yang diserap oleh akar tanaman.

Halilintar memproduksi ozon yang melindungi planet bumi dari daya destruktif ultraviolet yang terkandung pada sinar matahari.  

Benjamin Franklin


Mungkin manusia yang paling hobi bereksperimen dengan petir adalah budayawan dan negarawan Amerika Serikat, Benjamin Franklin. Namun sebaiknya kita jangan meniru ulah Benjamin Franklin yang demi membuktikan daya listrik sampai nekat mengangkasakan layang-layang pada saat halilintar sedang sibuk silih berganti sambar-menyambar.

Meski Benjamin Franklin selamat dari sambaran petir ketika bereksperiman daya listrik petir dengan layang-layang, namun tidak semua orang bernasib seberuntung tokoh Amerika Serikat arif-jenaka yang wajahnya menghias uang kertas 100 dolar Amerika Serikat itu.

Ojo Dumeh


Sebaiknya kita ojo dumeh menantang halilintar. Adalah lebih bijak dan lebih aman pada saat halilintar sedang asyik berkarya menjaga keseimbangan eksosistem atmosfer planet bumi, kita menyembunyikan diri di dalam rumah masing-masing.

Di rumah tetangga dan teman juga boleh selama yang punya rumah tidak keberatan.

Pada hakikatnya daya manusia memang terlalu kecil, bahkan terlalu tidak berarti dibandingkan dengan daya alam semesta yang luar biasa dahsyat tanpa batasan maksimal maupun minimal.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya