Krisis ekonomi biasanya menghantam sektor konsumsi dan sektor-sektor lain yang memiliki komponen impor cukup tinggi. Adapun sektor pertanian nasional selalu bisa menjadi penyelamat karena tidak pernah minus walaupun mengalami penurunan.
Di kuartal pertama 2020, misalnya, di saat pertumbuhan ekonomi nasional hanya sebesar 2,97 persen, pertumuhan sektor pertanian mengalami penurunan ke titik 0,02 persen.
Sementara pada kuartal ketiga, di saat pertumbuhan ekonomi nasional anjlok ke titik minus 5,32 persen, pertumbuhan sektor pertanian melonjak naik ke titik 2,19 persen.
Di kuartal ketiga 2020, pertumbuhan ekonomi nasional bergerak naik ke titik minus 3,49 persen, pertumbhan sektor pertanian juga surplus.
Di kuartal keempat pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan terdongkrak di atas nol persen dan di bawah 1 persen. Pertumbuhan sektor pertanian pun diperkirakan akan mengalami kenaikan.
Menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika, sektor pertanian akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk memulihkan perekonomian nasional yang ditargetkan sebesar 5,5 persen pada tahun 2021.
Namun begitu tetap ada ancaman untuk sektor pertanian yang perlu diwaspadai. Ancaman itu berupa potensi kekurangan produksi.
“Harus diwaspadai kemungkinan kekurangan produksi untuk periode Januari, Februari, dan Maret 2021. Itu sebagai dampak dari perubahan kebijakan pupuk,†ujar Yeka dalam diskusi virtual yang digelar Kantor Berita Politik RMOL bertajuk "Pertanian, Masa Depan Pemulihan Ekonomi Indonesia", Kamis (10/12).
Selain Yeka, pembicara lain yang hadir dalam diskusi “Tanya Jawab Cak Ulung†itu adalah Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima.
Yeka menambahkan, di beberapa sentra produksi padi pada periode November dan Desember terjadi penurunan luas lahan sebesar 20 persen.
“Kalau kita buat neracanya, kekurang produksi di akhir tahun ini sekitar 2 juta ton beras,†sambungnya.
Yeka juga menyoroti gap data beras yang disampaikan sejumlah lembaga. Padahal, data yang solid dibutuhkan untuk memenuhi pasokan yang dibutuhkan.
Jika stok beras dikatakan meningkat, padahal faktanya produksi menurun, akan terjadi kenaikan harga beras di awal 2021.
“Syukur, Presiden Jokowi sekarang menggunakan bansos. Terlepas dari fenomena bansos yang bermasalah sekarang ini, di lapangan bansos cukup dapat meredam kenaikan harga,†pungkasnya.