Berita

Pakar multimedia dan telematika, Roy Suryo/Net

Politik

Pakar Telematika: Rekaman Suara Pengawal Habib Rizieq Kurang Signifikan, Harus Diperkuat CCTV

SELASA, 08 DESEMBER 2020 | 08:56 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Rekaman berdurasi 19 menit 46 detik yang diduga berisi suara pengawal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang dijadikan bukti oleh polisi beredar di media sosial. Pakar multimedia dan telematika, Roy Suryo pun memberikan analisanya atas rekaman tersebut.

Pertama-tama, Roy menyayangkan isi rekaman itu karena tidak sampai kejadian penembakan yang mengakibatkan enam orang laskar ditembak meninggal.

"Rekaman tersebut tadi banyak di-posting di beberapa WAG itu, hanya sayangnya nggak sampai pas kejadian penembakannya," ujar Roy Suryo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/12).


Selanjutnya, Roy menilai rekaman tersebut kurang signifikan untuk bisa mengindikasikan adanya penyerangan terhadap anggota Polri, sekalipun isi rekaman suara benar adanya.

"Jadi meski rekaman (antar HT) tersebut bisa benar, namun secara isi kurang signifikan. Seandainya CCTV di ruas tol tersebut bisa didapatkan, tentu akan bisa memberikan penjelasan yang lebih komprehensif," jelas Roy.

Roy mengatakan bahwa isi percakapan tersebut terdapat indikasi penyerangan. Namun, indikasi penyerangan tersebut diarahkan kepada pengendara lain yang mengganggu rombongan Habib Rizieq Shihab.

"Meski memang ada indikasi akan terjadi 'penyerangan' terhadap kendaraan-kendaraan lain yang mengganggu rombongan tersebut. Namun hal tersebut tetap kurang kuat untuk dijadikan fakta hukum. Artinya, kalau akan menggunakan bukti voice (HT) ini, harus diperkuat lagi dengan alat bukti lain (misalnya CCTV) atau keterangan saksi-saksi," kata Roy.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu merasa kualitas isi rekaman terlalu bagus untuk sebuah komunikasi menggunakan HT.

Dia pun menyarankan agar setiap bukti elektronik yang akan digunakan sebagai petunjuk atau alat bukti yang berkekuatan hukum, mesti harus signifikan dari sisi materi dan isi.

“Agar tidak menimbulkan multi intepretatif bagi masyarakat. Saya percaya polisi bisa melakukan hal tersebut dengan lebih baik lagi," pungkas Roy.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya