Berita

Peneliti senior LP3ES, Malik Ruslan/Net

Politik

LP3ES: Begitu Mudah KPK Tangkap Menteri KKP, Tapi Begitu Susah Tangkap Harun Masiku

SENIN, 30 NOVEMBER 2020 | 04:40 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Kondisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini telah menjadi rumpun eksekutif, sehingga dalam tindakannya disesuaikan dengan selera eksekutif.

Begitu yang disampaikan oleh peneliti senior LP3ES, Malik Ruslan di acara webinar bertajuk "Evaluasi dan Prospek Hukum Demokrasi: Mungkinkah KPK Bangkit Kembali?".

"Masa depan KPK ini agak bermasalah, atau paling tidak mungkin bangsa ini mau dibawa menyesuaikan dengan selera eksekutif," ujar Malik Ruslan, Minggu (29/11).


Karena kata Malik, ketika KPK sudah diposisikan sebagai rumpun eksekutif, maka fokus KPK akan bergeser dari visi ke institusi.

"Siapa yang menguasai eksekutif, akan mengendalikan KPK, bukan tidak mungkin, siapa yang menguasai eksekutif akan mengendalikan KPK," kata Malik.

Sehingga kata Malik, ketika terjadi saling amputasi antar institusi, maka perburuan kekuasaan akan terjadi, misalnya pilpres maupun pilkada.

"Nah ini bisa jadi akan saling mengamputasi untuk mencapai tujuan. D imana kadang-kadang tanpa kontrol yang kuat, politik sebenarnya bisa digulirkan sebagai suatu yang menghalalkan segala cara," terangnya.

Malik pun berkaca atas perbedaan sikap KPK terhadap kader dari partai politik penguasa dengan partai yang sempat menjadi oposisi.

Yakni, sikap terhadap kader Partai Gerindra, Edhy Prabowo yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka dengan kader PDIP, Harun Masiku yang buron sejak awal tahun ini.

"Nah kaitannya dengan kasus kemarin penangkapan Menteri KKP (Edhy Prabowo), begitu mudahnya menangkap, tapi begitu susahnya menangkap Harun Masiku ditetapkan sebagai tersangka dari Januari sampai sekarang belum tertangkap, ada apa dengan Harun Masiku?" heran Malik.

Apalagi kata Malik, kasus yang melibatkan kader PDIP juga menyeret petinggi PDIP.

"Ini terkait ya, waktu Harun Masiku ditangkap itu, bisa dibuktikan bahwa ini orang ada kaitan dengan misalnya sekjen partai pemenang pemilu dan sebagainya dia hilang begitu saja. Apakah dia masih hidup atau sudah dihabisi? Itu kita tidak tau," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya