Berita

Harus ada badan pengelola khusus di Dataran Tinggi Dieng agar potensi wisata di daerah tersebut bisa dimaksimalkan/Istimewa

Nusantara

Mengurai Benang Kusut Pengelolaan Pariwisata Dieng

RABU, 18 NOVEMBER 2020 | 13:22 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegera, dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, ternyata sarat dengan kepentingan sejumlah pihak.  

Hal ini terungkap saat Program Studi S2/S3 Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) kembali menggelar webinar nasional bertema “Benang Kusut Pengelolaan Pariwisata Dieng”, Selasa (17/11).

Dalam webinar ini rampil sebagai pemantik staf peneliti Puspar UGM, Dr Destha Titi Raharjana. Sedangkan pembahas Marsis Sutopo selaku pengurus Ikatan Ahli Arkeologi Komda DIY-Jateng, dan dimoderatori oleh Prof Heddy Shri Ahimsa Putra, guru besar Antropologi FIB UGM.

Tarik menarik kepentingan di kawasan Dieng tak lepas dari kewilayahan dataran tinggi tersebut yang berada di dua kabupaten, yakni Banjarnegara dan Wonosobo. Tidak heran bila kedua pemerintah daerah tersebut menjadikan Dieng sebagai salah satu sumber pendapatan.

Destha menjelaskan, banyak aktor yang ikut berperan di Dieng, di mana satu sama lain memiliki peran dan kepentingan berbeda. Kondisi inilah yang tampaknya memunculkan tarik-menarik kepentingan dan berujung pada kusutnya pengelolaan.  

Tidak dipungkiri, pesona Dieng sampai saat ini masih mampu menyihir wisatawan untuk datang, termasuk saat new normal, geliat wisata di Dataran Tinggi Dieng sudah terasa.

Terlebih lagi, Dieng Plateau yang berada di ketinggian tidak kurang dari 2.100 m dpl sejak zaman kolonial sudah menjadi tempat plesir favorit.

Faktor iklim menjadi salah satu daya tarik utama wisatawan. Salah satunya adalah turunnya “embun upas” telah menjadi pesona tersendiri dan hanya dapat dijumpai khususnya pada Juli-Agustus.

Tak hanya itu, Dieng juga mampunyai Telaga Warna, Kawah Singkidang, Geothermal, ataupun sumber air panas menjadi pelengkap menu berwisata.

Lebij jauh lagi, dari aspek budaya juga masih dapat dijumpai mitos, ataupun ritual pemotongan rambut gimbal, yang kini telah dikemas sebagai komoditas wisata.

Jadi, dari kacamata destinasi, sejatinya potensi Dieng Plateau sudah komplet. Karena memiliki keindahan alam, budaya, dan keunikan yang spesifik.

Masyarakat Dieng pun merespon potensi ini dengan cukup baik. Di antaranya dengan mengolah hasil pertanian, mengembangkan kesenian, menjadi pemandu wisata, membangun homestay, dan mengadakan event budaya seperti Dieng Culture Festival.

Meski demikian, Destha melihat belum semua desa-desa penyangga Dataran Tinggi Dieng terlibat dalam ekonomi pariwisata. Mayoritas warga di sana masih berkutat dengan pertaniannya, khususnya kentang.

Di sisi lain, Marsis Sutopo sebagai pembahas menambahkan, ancaman yang terjadi di Dieng perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan problem di kemudian hari.

Misalnya, pertanian kentang yang masif, perkembangan pariwisata yang cepat, perubahan tata guna lahan dan perubahan dari rural ke urban.

Selain itu, masalah saat ini adalah mencari sinkronisasi pengelolaan. Karena untuk sampai di Dieng, pintu masuknya ada di Wonosobo tetapi destinasinya masuk wilayah Banjarnegara.

Akibat kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antara dua Pemkab, penataan Dieng pun belum maksimal dan terintegrasi. Terutama masalah sampah dan tata ruang yang masih buruk.

Untuk itu, sejalan dengan kajian yang dilakukan, Marsis menegaskan perlu dipertimbangkan semacam Badan Pengelola Wisata Dieng secara khusus.

Badan ini perlu memiliki visi-misi pengembangan wisata Dieng secara komprehensif. Sekaligus bisa menjembatani dua Pemkab yang merasa berhak mengelola Dieng.

Diskusi pun mengerucut untuk mendorong kolaborasi dan sinergi antara semua pihak dalam upaya penataan destinasi pariwisata Dieng. Sebab, Dieng saat ini sudah termasuk kawasan strategis nasional yang direncanakan sebagai penyangga kawasan Borobudur.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Anis Matta hingga Fahri Hamzah Hadir di Pelantikan Pengurus Partai Gelora 2024-2029

Sabtu, 22 Februari 2025 | 15:31

Fitur Investasi Emas Super Apps BRImo Catatkan Transaksi Rp279,8 miliar

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:48

Adian Napitupulu hingga Ahmad Basarah Merapat ke Rumah Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:35

Muslim LifeFair Bantu UMKM Kota Bekasi Naik Kelas

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:28

AS Ancam Cabut Akses Ukraina ke Starlink jika Menolak Serahkan Mineral Berharga

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:12

Kapolri Terbuka dengan Kritik, Termasuk dari Band Sukatani

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:58

Himbara Catat Kinerja Solid di Tengah Dinamika Ekonomi Global

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:56

Mendagri: Kepala Daerah Bertanggung Jawab ke Rakyat, Bukan Partai

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:21

Jual Ribuan Konten Porno Anak Via Telegram, Pria Ini Diringkus Polisi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:11

Trump Guncang Pentagon, Pecat Jenderal Brown dan 5 Perwira Tinggi Sekaligus

Sabtu, 22 Februari 2025 | 12:36

Selengkapnya