Berita

Presiden Donald Trump/Net

Dunia

Seandainya Trump Kalah, Mungkin Twitter Bisa Bernapas Lega

SABTU, 07 NOVEMBER 2020 | 05:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Petahana Presiden Donald Trump sangat hobi Twitteran. Hampir setiap jam -bahkan menit- di sela-sela kesibukannya dia sering mengetweet tentang apa saja, terutama yang berkaitan dengan kegiatan dan pandangan-pandangannya. Sayangnya, isi tweetnya sering melanggar batas-batas aturan platform tersebut. Entah sudah berapa kali Twitter memberi peringatan dan menandai cuitannya itu.

Sebagai presiden AS, Donald Trump menerima perlakuan khusus dari Twitter Inc. ketika dia melanggar aturan perusahaan seputar konten yang menyinggung atau menyesatkan. Namun, pengecualian itu akan berakhir pada Januari jika dia kehilangan kursi kepresidenan, seperti dikutip dari Bloomberg.

Jejaring sosial memiliki kebijakan yang berbeda antara para pemimpin dunia dan pengguna biasa. Jika para pemimpin dunia melakukan pelanggaran, mereka hanya diberi peringatan atau menandai alih-alih meminta mereka menghapus postingan atau cuitannya. Ini adalah bagian dari filosofi Twitter: bahwa orang harus dapat mendengar dan belajar dari para pemimpin dunia, bahkan ketika mereka berbagi kiriman yang kontroversial. Bagi Twitter, pesan para pemimpin dunia pada dasarnya layak diberitakan.

Untuk yang 'mantan' pemimpin dunia, atau mereka yang sudah tidak menjabat lagi, tidak diberi kebijakan itu. Politisi terkenal yang sudah tidak menjabat lagi, seperti mantan Presiden AS Barack Obama, diperlakukan seperti pengguna biasa. Jadi jika ia melanggar aturan Twitter, maka isi tweet atau postingannya akan segera dihapus atau bahkan dibanned.

Mungkin, Trump akan segera termasuk dalam kelompok 'mantan' jika dia kalah dalam pemilihan dan harus meninggalkan kekuasaannya di Gedung Putih, seperti yang diinforkasikan pihak Twitter.

Jika itu terjadi, yaitu melanggar salah satu aturan Twitter, berarti tweetnya akan dihapus seluruhnya, bukan hanya sekadar ditandai atau diberi peringatan. Hukuman menjadi bertambah jika Trump kembali mengulang, bisa pembekuan akun sementara, penangguhan, sampai dengan larangan permanen.

Dengan Joe Biden yang menyusul perolehan suara, jalan Trump untuk terpilih kembali telah menyempit.

Sejak pemungutan suara ditutup pada Selasa malam, Twitter telah menyembunyikan beberapa tweet  Trump yang melanggar peraturan perusahaan. Kebanyakan pelanggaran itu terkait dengan cuitan yang menyinggung hasil pemilihan di mana Trump menganggap telah dicurangi dan bahwa Demokrat mencoba 'mencuri' kursi kepresidenan.

Cuitan-cuitan yang melanggar itu hanya ditandai, diperingatkan, dan diberi label. Pengguna dan pengikutnya masih bisa mengklik untuk melihatnya.

Label peringatan yang diterapkan Twitter tampaknya mengurangi penyebaran tweet. Dalam satu contoh dari awal pekan ini, tweet Trump yang disembunyikan oleh Twitter menerima ratusan retweet dan balasan per menit sebelum ditandai, menurut data dari Election Integrity Partnership, sebuah kelompok penelitian.

Tweet yang tersembunyi di balik label peringatan tidak dapat di-retweet tanpa komentar, dan tidak dapat disukai.

“Fungsi penting dari layanan kami adalah menyediakan tempat di mana orang dapat secara terbuka menanggapi para pemimpin mereka dan meminta pertanggungjawaban mereka,” kata juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan. “Dengan mengingat hal ini, ada kasus-kasus tertentu yang mungkin merupakan kepentingan publik untuk memiliki akses ke tweet tertentu, bahkan jika tweet tersebut melanggar aturan kami.”

Trump bisa dibilang salah satu pengguna Twitter yang paling kontroversial dan terpolarisasi sepanjang masa. Sebagai presiden, ia sering mendorong batas-batas ucapan yang dapat diterima di platform, menempatkan karyawan Twitter pada posisi yang sulit untuk memutuskan bagaimana mengawasi pengguna yang sangat terlihat tanpa menghadapi klaim sensor. Bisa dikatakan Trump adalah 'langganan' disemprit Twitter.

Jadi, jika Biden menang, sebaiknya Trump berhati-hati tiap kali menulis tweetnya, sebab Twitter akan memperlakukan Trump seperti pengguna lain.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Kementerian BUMN Rombak Susunan Direksi ID FOOD

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:47

Agar Ekonomi Indonesia di Triwulan II Tetap Tumbuh, DPR Ingatkan untuk Lakukan Hal Ini

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:35

Dukung Penuh Pengurus LP3KN, Menag RI Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:34

Iuran BPJS Tidak Berubah Meski Sistem Kelas Dihapus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:14

Resmi, Massimiliano Allegri Bukan Lagi Pelatih Juventus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:12

Ayah Mendiang Eki Doakan Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon Segera Ditangkap

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:54

Hendropriyono Yakin Prabowo Lanjutkan IKN

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:35

Percetakan di Banda Aceh Meringis jadi Korban Janji Manis Caleg

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:16

Hendropriyono: Demokrasi Pancasila Tidak Mengenal Oposisi

Sabtu, 18 Mei 2024 | 05:55

Selengkapnya