Berita

Kawanan belalang menyerang Afrika/Net

Dunia

Bank Dunia: Akibat Serangan Belalang Afrika Timur Dan Yaman Bisa Rugi 8,5 Miliar Dolar AS

RABU, 21 OKTOBER 2020 | 06:30 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Selama berbulan-bulan, warga Ethiopia telah berjuang keras melawan serangan kawanan belalang yang merusak ladang dan menghancurkan perekonomian yang selama ini sudah rapuh karena kemiskinan.

Hal itu dialami juga oleh salah seorang warga bernama Marima Wadisha, ibu tunggal yang harus menghidupi sepuluh anaknya sendirian. Setiap hari dia harus berteriak, melemparkan batu, bahkan menembakkan peluru ke arah belalang yang turun di ladang sorgumnya di timur laut Ethiopia.

Tetapi kawanan serangga itu begitu ganas sehingga seluruh tanamannya, yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan keluarganya, hancur.

“Mereka tidak pernah pergi selama seminggu. Mereka membuat kami mengalami gagal panen, kami mengencangkan ikat pinggang dan menangis siang-malam. Bagaimana bisa (saya) memberi makan anak-anak saya seperti ini,” katanya, dikelilingi oleh lima anaknya sambil memegang seikat sorgum yang rusak, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/10).

Badan pangan PBB FAO mengatakan bahwa invasi belalang yang terjadi kali ini adalah yang terburuk di Ethiopia dalam 25 tahun terakhir.

Serangan belalang telah merusak sekitar 200 ribu hektar lahan di sana sejak Januari, mengancam pasokan makanan dan mata pencaharian jutaan orang.

"Tantangan terbesar sekarang di kawasan ini ada di sini, di Ethiopia, dan kami sedang mengerjakannya bersama dengan mitra kami seperti FAO," kata Direktur Afrika Timur Desert Locust Control Organization untuk Afrika Timur Stephen Njoka.

Akibat konflik dan kekacauan yang terjadi di Yaman, tempat beberapa kawanan belalang berasal, penyemprotan pestisida dengan pesawat menjadi tidak mungkin. Ditambah lagi dengan hujan lebat yang luar biasa, membuat jumlah kawanan belalang semakin membengkak dan menyebar di seluruh Ethiopia.

Bank Dunia mengatakan, serangga tersebut dapat merugikan Afrika Timur dan Yaman sebesar 8,5 miliar dolar AS tahun ini. Perwakilan FAO dari Ethiopia, Fatouma Seid, khawatir pola kerusakan akan terulang tahun depan.

"Infestasi akan berlanjut hingga 2021. (Bisa jadi) kami diserang kembali dan kawanan itu kemudian akan terbang pindah ke Kenya," katanya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya