Berita

Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri/Net

Dunia

Saad al-Hariri: Saya Takut Lebanon Dilanda Krisis Terburuk Dan Akhirnya Runtuh

JUMAT, 09 OKTOBER 2020 | 09:38 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Mantan Perdana Menteri Saad al-Hariri mengaku khawatir dengan situasi di Lebanon saat ini. Ia takut perselisihan sipil akan berubah menjadi krisis terburuk sejak perang saudara pada 1975 hingga 1990 lalu.

"Saya takut akan perang saudara dan apa yang terjadi dalam hal membawa senjata dan apa yang kami lihat dalam hal tampilan militer di jalan yang berarti runtuhnya negara," kata Hariri dalam sebuah wawancara pada Kamis (8/10), seperti dimuat Reuters.

Lebanon telah dilanda krisis keuangan sejak tahun lalu yang membuat nilai mata uangnya anjlok dan inflasi tersebut. Hal tersebut memicu gelombang protes kerusuhan di sana.

Hariri yang Sunni dan sekutu Barat yang secara tradisional bersekutu dengan negara-negara Teluk, juga mengatakan Lebanon tidak punya jalan keluar dari krisis selain program dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

Namun pada awal tahun ini, pembicaraan IMF terhenti karena perselisihan di antara para pejabat pemerintahan, bankir, dan partai politik mengenai skala kerugian finansial negara.

Hariri menambahkan dia hanya akan kembali sebagai perdana menteri jika ada kesepakatan dari banyak politisi Lebanon yang terpecah-pecah untuk mengamankan kesepakatan IMF.

Krisis di Lebanon kemudian diperburuk dengan pandemi Covid-19 dan sebuah ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada Agustus.

Ledakan yang diduga berasal dari ribuan ton amonium nitrat tersebut telah menewaskan hampir 200 orang dengan lebih dari 6.000 orang meninggal dunia dan ribuan bangunan hancur berkeping-keping.

Peristiwa tersebut pada akhirnya memicu gelombang protes anti-pemerintah yang lebih luas. Warga marah pada para elit yang dianggap telah melakukan korupsi.

Para donor asing telah menjelaskan bahwa tidak akan ada bantuan baru kecuali negara yang berhutang banyak itu memulai reformasi yang telah lama diabaikan untuk menangani pemborosan dan korupsi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya