Berita

Debat Pilpres Amerika Serikat/Net

Dahlan Iskan

Dua Tombol

JUMAT, 02 OKTOBER 2020 | 05:21 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

JAWABNYA enteng saja. Padahal ini forum debat calon presiden negara adi kuasa Amerika Serikat.

Ketika ia disalahkan karena korban tewas Covid-19 di Amerika sampai lebih 200.000 orang, Donald Trump mengatakan: kalau bukan ia presidennya bisa jadi yang meninggal lebih dari 1 juta orang.

Ketika dikatakan angka korban Covid-19 di Amerika itu jauh lebih tinggi dari Tiongkok, dengan enteng Trump mengatakan: Anda tidak tahu berapa angka yang sebenarnya di Tiongkok.


Ketika Trump mengatakan justru sheriff di Oregon hari itu memberikan dukungan padanya, sheriff di Oregon segera unggah Twitter: mereka tidak akan pernah mendukung Trump.

Ketika Biden mengatakan jurubicara Trump telah mengakui bahwa Trump mengambil keuntungan dari kerusuhan-kerusuhan itu, dengan enteng Trump mengatakan sang jurubicara tidak pernah mengatakan begitu. Padahal setelah debat itu pun video ucapan tersebut masih utuh di YouTube.

Itulah contoh yang membuat Trump dikecam. Kata-katanya dalam debat itu sama sekali "tidak presiden". Maksudnya: itu bukan kata-kata "kelas presiden".

Seorang peneliti hebat dari aliran konservatif sendiri, Frank Luntz, bertanya kepada  16 orang responden. Masing-masing hanya boleh menjawab satu kata. Yakni mengenai penilaian mereka atas penampilan Trump dalam debat itu.

Inilah 16 kata dari 16 orang itu:

Mengerikan, kacau, kasar, gila, membingungkan, tidak-Amerika, tidak nyambung (dua kali), keledai tapi keledai yang percaya diri, klasik Trump klasik, kuat, penindas, sombong (dua kali), dan tipikal.

Lalu peneliti tersebut bertanya ke 16 orang tersebut tentang Joe Biden, lawan debat Trump. Hasilnya:

Terkejut melihat seberapa baik ia melakukannya, lebih baik dari yang diharapkan, lebih profesional, percaya diri, politisi (dua kali), mengendalikan diri dan kasih sayang, dapat diprediksi (tiga kali), pria baik tetapi kurang visi, koheren, pemimpin, perhatian dan terlatih, mengelak, kemanusiaan, dan integritas.

Tentu saya juga mengirim pertanyaan ke teman saya, John Mohn. Ia seorang Republik tapi juga pengagum Barack Obama. Tinggalnya di Kansas, basis Republik.

Inilah komentarnya setelah nonton debat itu:

Berikut beberapa kata yang bisa Anda gunakan untuk menambah kosakata dan menulis deskripsi akurat tentang Trump dan penampilannya tadi malam: non-presidensial, pengganggu, pemarah, pendebat yang tidak efektif, pria yang kasar, menyinggung perasaan, menghindar, tidak jujur, menyela, dan udik. 

"Ia seorang pria yang sama sekali tidak memiliki kualitas kepemimpinan yang menarik sifat paling dasar dari para pengikutnya yang rasis," kata John. 

"Perdebatan itu begitu kacaunya hingga mirip api yang tidak terkendali di tempat sampah di dalam bangkai kereta api," katanya.

Maka format debat pun kini diperdebatkan publik. Umumnya orang mengusulkan agar ada perubahan format debat. Agar jalannya debat bisa lebih tertib. Tidak lagi kacau seperti debat pertama lalu.

Umumnya orang mengecam Trump. Yang sejak awal sudah terus memotong pembicaraan Biden. Sampai moderatornya agak kewalahan. Sampai Biden nyeletuk dengan sinisnya: "badut itu tidak tahu harus ngomong apa". Biden juga sempat menyemprot Trump: "tutup mulut".

Sehari setelah debat, Trump menilai moderator malam itu telah memihak Biden. Selesai debat, Trump tidak menyapa Biden. Pun tidak menyapa moderator, Chris Wallace.

Justru Biden yang masih punya rasa humor. Selesai debat Biden menghampiri moderator sambil mengatakan ini: saya yakin Anda dikontrak di sini tidak untuk sebuah arena tinju kan?

Maka publik kini sibuk ngrumpi: seperti apa debat berikutnya dua minggu lagi.

Kalau pun akan ada perubahan tampaknya akan tetap sulit mengendalikan Trump. Ia harus dalam posisi agresif. Hasil surveinya kedodoran. Dengan agresif begitu Trump bisa mewakili "kelompok yang suka debat kusir" atau "kelompok yang pokoknya". Yakni kelompok yang kurang berpendidikan. Yang sering disebut lebih nasionalis.

Itulah basis Trump yang harus dijaga.

Maka muncullah ide ini: di moderator disediakan dua tombol. Begitu giliran Biden yang bicara tombol mikrofon Trump di off-kan.

Mungkin juga kurang efektif. Suara Trump cukup keras untuk bicara tanpa mikrofon.

Dan pertunjukan ini terjadi di Amerika. Jadi tontonan buruk sedunia.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya