Berita

Gubernur DKI Jakarta , Anies Baswedan/Net

Publika

Anies Ditonjok, Dikeroyok Dan Ditohok, Anies Makin Populer

SELASA, 15 SEPTEMBER 2020 | 00:41 WIB | OLEH: FUAD BAWAZIER

GUBERNUR Anies Baswedan ditonjok dengan tuduhan indek saham anjlok di bawah 5000 gara gara DKI akan menerapkan kembali PSBB. Padahal hari berikutnya juga naik lagi sebab naik turunnya indek memang hal yang amat biasa dan cepat berubah ubah.

Lagi pula selama Pandemi Corona indek juga sempat anjlok di bawah 4000;  Bukan cuma itu. Sebenarnya sejak pandemi indek saham turun, kurs rupiah turun dan modal mengalir keluar negeri (out flow). Jadi kenapa ribut?

Para buzzer bayaran juga serempak mengeroyok Anies. Semua yang melihat Anies sebagai saingan atau lawan politik, seperti biasanya ikut menohok Anies dengan PSBB. Akhirnya jagad raya media sosial diramaikan pro-kontra pemberlakuan kembali PSBB di DKI dengan warna menyerang maupun mendukung Anies.

Serangan-serangan tersebut nampaknya semakin meningkatkan popularitas Anies sebagai tokoh yang humanis yang ingin melindungi rakyatnya dari bahaya Covid-19. Nama Anies menjadi semakin dikenal luas bukan saja di DKI tapi di seluruh Indonesia.

Nampaknya Anies mampu melewati tekanan para pemburu rente dan buzzer orderan, yang terbukti dengan lolos dan diberlakukannya PSBB baru, meski sarat kompromi.

Sejak awal Pandemi Corona, sikap (pejabat) pemerintah memang terbelah dua sesuai mazhabnya, yaitu mazhab yang lebih mementingkan ekonomi dan mazhab yang lebih mementingkan kesehatan. Umumnya petinggi pemerintah pusat bermazhab ekonomi dengan dukungan kuat kalangan bisnis, sampai sampai ada konglomerat yang bersurat ke Presiden RI untuk mencegah diberlakukannya PSBB di DKI.

Para kepala daerah, dokter, dan tenaga medis umumnya bermazhab kesehatan, mungkin karena mereka lebih dekat dengan rakyat atau masyarakatnya. Serta melihat rekan sejawat mereka tewas karena Covid-19. Mazhab ini pilih pain duluan, gain belakangan.

Benturan mazhab ekonomi versus kesehatan ini masih berlangsung, lebih-lebih bila berhadapan dengan Anies Baswedan yang diasosiasikan sebagai bakal calon presiden 2024. Karena itu dimensi perselisihan (tokoh) pusat dengan Gubernur DKI menjadi semakin tajam sebab selain perbedaan mazhab, juga karena sarat persaingan politik menuju 2024.

Relatif mudah melihat atau membedakan masing masing mereka dari mazhabnya. Kepala daerah umumnya bereaksi dan gelisah ketika yang terinfeksi corona dan atau tewas meningkat. Sedangkan petinggi pusat gelisah dan bereaksi keras atau kebakaran jenggot ketika indek saham tewas alias anjlok. Padahal pasar saham itu pasar elite, bukan pasar rakyat.

Pengikut mazhab dapat dilihat pula dari sikapnya dalam mengalokasikan APBN Covid-19. Mana yang lebih besar pos anggaran untuk kesehatan atau untuk ekonomi. Jelas anggaran untuk menjaga dan memulihkan ekonomi lebih besar dari anggaran untuk memerangi Covid-19. Begitu pula realisasinya.

Saya kira secara nasional, pemenangnya adalah “ekonomi”. Seakan kesehatan hanyalah batu loncatan semata, dan Corona telah dimanfaatkan untuk dijadikan kambing hitam atas banyak kegagalan target.

Pemerintah, tetapi dijadikan senjata pamungkas untuk mencapai tujuan tujuan elit termasuk yang bermotif komersil, naikkan defisit anggaran maupun untuk meningkatkan utang negara.

Seperti disebutkan di atas, sejak awal pandemi telah ada perbedaan mazhab dan ada indikasi bau tidak sedap yang ingin mengulang “sukses menguras uang negara ala BLBI”.

Karena itu mau lock down, PSBB ataupun Herd Immunity, akan tetap saja heboh bersilang paham. Disinilah perlunya leadership yang tegas dan jelas.

Dan Presiden sudah menegaskan Kesehatan yang harus diutamakan. Dan Gubernur DKI sedang melaksanakan kebijakan Presiden tersebut.

 Jadi kalau ada yang tidak setuju mestinya Presiden secepatnya menegaskan bahwa nyawa manusia itu lebih utama dari kepentingan bisnis, dengan konsekwensi Bansos dan sebagainua agar dijalankan secara benar dan sungguh-sungguh.    

Populer

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Protes Aturan Hijab, Mahasiswi Iran Nekat Bugil di Depan Kampus

Minggu, 03 November 2024 | 16:18

Haikal Hasan Diminta Cek Joget Sadbor: Halal Nggak?

Minggu, 03 November 2024 | 10:41

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

UPDATE

Ibu Wapres Selvi Buka Bazar Amal Women's International Club 2024

Rabu, 13 November 2024 | 11:57

Bappenas Ungkap Mayoritas Target Pemerintahan Jokowi Tak Tercapai

Rabu, 13 November 2024 | 11:56

Ajakan Presiden Prabowo untuk Swasembada Energi Harus Dikawal

Rabu, 13 November 2024 | 11:43

Meski Status Tersangka Gugur, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Tetap akan Dipanggil KPK

Rabu, 13 November 2024 | 11:35

KPK Buka Peluang Kembali Tersangkakan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor

Rabu, 13 November 2024 | 11:30

Majelis Masyayikh Tingkatkan Mutu Pesantren di Era Digital

Rabu, 13 November 2024 | 11:21

Bitcoin Terbang Tinggi, Satu Keping Dibanderol Hampir Rp1,4 Miliar

Rabu, 13 November 2024 | 11:15

Sesalkan Sikap KPK di Kasus Sahbirin Noor, DPR: Katanya Berani Jujur Hebat?

Rabu, 13 November 2024 | 10:26

Bobrok, Pimpinan KPK Sekarang Tak Pantas Dipilih Lagi

Rabu, 13 November 2024 | 10:20

Menko Pangan Terima Kunjungan Pertani HKTI

Rabu, 13 November 2024 | 10:10

Selengkapnya