Berita

Menko Polhukam, Mahfud MD/Repro

Politik

Mahfud MD: Di Politik, Tidak Ada Jalur Konstitusi Yang Bisa Halangi Nepotisme

SABTU, 05 SEPTEMBER 2020 | 14:19 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Di seluruh dunia pun tidak ada yang bisa menghalang-halangi seseorang untuk berpartisipasi politik termasuk dalam hal ini ikut serta pada Pemilihan Umum (Pemilu).

Selain tidak ada aturan hukum mengikat terkait praktik yang disebut nepotisme atas dasar kekeluargaan pada pertarungan politik itu juga bisa melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD saat menjadi Keynote Speech dalam diskusi daring bertajuk "Pilkada dan Konsolidasi Demokrasi Lokal" pada Sabtu (5/9).


Pernyataan Mahfud ini menanggapi banyaknya kritik di Pilkada 2020 dinilai syarat dengan praktik nepotisme.

Diketahui, yang kerap mendapatkan kritikan antara lain majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming di Pilkada Solo, dan mantu Presiden Bobby Nasution di Medan.

"Kalau di bidang politik seperti itu dimana mana saya kira tidak bisa dihalang-halangi oleh hukum dan konstitusi. Di seluruh dunia begitu kita mau melarangnya bagaimana? Tidak bisa, akan terjadi pelanggaran HAM kalau itu dilakukan," kata Mahfud MD.

"Mungkin kita sebagian besar tidak suka dengan nepotisme itu oke, nggak bagus lah kok nepotis. Tetapi harus kita katakan tidak ada jalan hukum dan jalan konstitusi yang bisa mengahalangi orang itu berdasar nepotisme atau sistem kekeluargaan sekali pun tidak ada," sambungnya.

Mahfud menuturkan, dalam setiap pencalonan seseorang di Pemilu maupun Pilkada karena nepotisme tidak melulu memiliki dampak negatif.

Mahfud kemudian mencontohkan peristiwa yang pernah terjadi di Kabupaten Bangkalan, Madura.

"Dulu di suatu kabupaten di Bangkalan pernah orang berteriak saya mau mencalonkan diri karena kakak saya memerintahkan tidak baik oleh sebab itu jangan dituduh saya ini nepotis justru karena kakak saya ini memimpin tidak baik. Saya sebagai adeknya ingin mencalonkan bukan karena nepotisme gitu," tuturnya.
 
Lebih jauh daripada itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyatakan, pada akhirnya suka tidak suka dengan apa yang disebut nepotisme itu dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Sebab, kata Mahfud, nepotisme tidak bisa dilarang dan memang harus dihadapi.

"Kampanye gitu agar jangan ini jangan itu tetapi kita mau melarang juga tidak bisa nah ini fakta yang kita hadapi," demikian Mahfud MD.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya