Berita

Gurubesar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ibnu Hamad/Net

Politik

Akun Hingga Website Media Marak Diretas, Pakar Komunikasi: Kritik Itu Partner Konstruktif Pemeritahan

SABTU, 22 AGUSTUS 2020 | 13:10 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Seiring maraknya peretasan akun media sosial para tokoh, aktivis hingga media konvensional membuat resah masyarakat. Adanya peretasan tersebut disinyalir akibat salah kaprahnya pola pikir pihak-pihak tertentu terhadap substansi kritik.

Begitu kata gurubesar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ibnu Hamad saat mengisi diskusi daring Smart FM, bertajuk "Peretasan di Dunia Maya" secara virtual, Sabtu (22/8).

"Inilah para peretas itu salah mencerna arti kritik terutama (kritik) yang dilakukan oleh media, termasuk yang dilakukan akademisi bahwa kritik itu adalah partner konstruktif pemeritahan demokratif," ujar Ibnu Hamad.


Dia mengatakan, Indonesia yang notabene menganut sistem demokrasi dan itu selaras dengan UUD bahwa kritik merupakan salah satu bentuk check and balance dalam demokrasi. Karena itu, aktivis hingga media konvensional yang mengkritisi kinerja pemerintah seharusnya direspons baik.

"Mestinya, karena yang dikritik pemeritah, yang menjawab adalah humas pemerintah. Tapi saya menilai humas pemeritah enggak jalan, bahwa humas pemerintah menggunakan medsos itu alat saja, tapi yang melaksanakan mestinya humas pemerintah kalau yang dikritiknya pemerintah, maka humas pemerintah sekali lagi sayangnya humas pemerintahnya gak jalan," kata dia.

Terlebih, sambung Ibnu Hamad, bahwa kritik yang berasal dari media didasari pada sebuah fakta. Kalau ada yang tidak pas diharap untuk ditunjukkan secara fakta pula, bukan dengan peretasan akun dan website.  

"Jadi mestinya kalau peretas ini menganggap pengungkapan fakta oleh pengkritik itu tidak pas, tunjukan saja dimana gak pas nya begitu, apa salahnya," ucapnya.

"Kan dalam demokrasi berlaku fakta dijawab dengan fakta begitu, data dibalas dengan data. Duduk perkara diperlihatkan, direspons dengan duduk perkara. Jadi demokrasi itu menjanjikan kesehatan, kesehatan berfikir, kesehatan dalam berperilaku politik, kesehatan dalam bersosial, saya kira ini yang perlu diluruskan cara berfikir dari orang yang suka meretas ini," demikian Ibnu Hamad menambahkan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya