Berita

Anggota ISIS berserta istri dan anak-anak mereka keluar dari desa Baghouz di provinsi Deir Ezzor, Suriah timur/Net

Dunia

Tak Mau Tunduk Pada Tekanan AS, Autralia Tegas Tolak Pulangkan Istri Dan Anak-anak Anggota ISIS

JUMAT, 31 JULI 2020 | 08:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Australia  mengumumkan bahwa mereka tidak akan memulangkan istri dan anak-anak pejuang ISIS yang terdampar di kamp-kamp pengungsi Suriah. Alasannya karena kekhawatiran akan virus corona dan juga faktor keamanan. Ini sekaligus menantang tekanan dari Amerika Serikat terhadap Australia.

Berbicara di Washington pada forum tahunan utama untuk konsultasi antara Australia dan Amerika Serikat, AUSMIN, Menteri Luar Negeri Marise Payne menolak untuk menenerima kembali  warga negara Australia yang meninggalkan negara itu untuk bergabung dengan kelompok militan ISIS.

“Kami tidak akan menempatkan rakyat kami dalam bahaya, atau pejabat kami di luar negeri, untuk mengekstraksi orang dari Suriah dalam kondisi saat ini,” katanya, merujuk pada pandemik global, seperti dikutip dari Memo, Kamis (30/7).


“Gerakan di Suriah dan disekitar kawasan sekarang lebih kompleks dari sebelumnya, di negara kami sendiri kami melihat negara bagian dan teritori sangat menegangkan, akibat  pernyataan yang meremehkan dampak infeksi Covid-19,” jelas Payne.

Sikap keras pemerintah Australia itu terjadi meskipun ada tekanan dari AS agar negara-negara untuk membawa kembali dan mengurus warga negara yang terkait dengan ISIS beserta anggota keluarga mereka. Banyak negara Eropa juga menolak memulangkan warga negara mereka yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS dan yang sekarang ditahan oleh pemerintah setempat sejak ISIS kehilangan wilayah terakhirnya di Suriah pada Maret tahun lalu.

Sebanyak 67 perempuan dan anak-anak Australia dikatakan tinggal di kamp-kamp pengungsi Al-Hawl di Suriah timur laut dan banyak dari mereka yang terjebak selama bertahun-tahun setelah jatuhnya ISIS.

Kepala Eksekutif Save the Children Mat Tinkler mendesak pemerintah federal untuk memulangkan keluarga yang menunjuk ke banyak pemerintah yang telah memulangkan warga negara, termasuk Prancis.
Badan amal Inggris telah memperingatkan tentang bahaya kondisi terkini di kamp-kamp ini, mengutip kurangnya air yang mengalir serta fasilitas kesehatan yang terbatas.

“Tidak ada alasan tersisa. Pemerintah Australia perlu membawa pulang anak-anak Australia ini dan ibu mereka,” ungkap Tinkler.

Hingga 70 ribu orang diyakini terdampar di kamp Al-Hawl, yang memiliki makanan terbatas, tenda-tenda yang bocor, kondisi musim dingin yang keras dan perawatan kesehatan yang buruk, ditambah penyakit yang merajalela di lingkungan tersebut.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya