Berita

Drajad Wibowo mengkritisi pemberian dana POP Kemdikbud kepada dua yayasan milik perusahaan besar/Net

Politik

Tanoto Dan Sampoerna Bakal Kebagian Dana POP Kemdikbud, Dradjad Wibowo: Seperti Bagi Bansos Ke Bos-bos Yang Sudah Kaya Raya

SENIN, 27 JULI 2020 | 08:45 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Rencana pemberian dana hibah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kepada Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation dalam Program Organisasi Penggerak (POP) dinilai sebagai sebuah langkah yang salah.

Menurut Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Hari Wibowo, yayasan-yayasan tersebut tidak lepas dari Corporate Social Responsibility (CSR) korporasi induknya.

Sementara CSR itu diatur dalam beberapa UU, dengan sebutan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan (TSL). Diatur di pasal 74 UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Juga dalam UU No 25/2007 tentang Penanaman Modal.


“Saya ingat betul kedua UU tersebut, karena waktu itu saya bertugas sebagai anggota fraksi PAN DPR RI. Saya memang bukan anggota Pansus RUU, tapi PAN selalu membahas RUU dalam rapat fraksi. Lalu ada Peraturan Pemerintah No 47/2012 yang merupakan turunan dari UU Perseroan Terbatas,” beber Dradjad Wibowo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (27/7).

Dia menerangkan, perusahaan tersebut memberikan dana CSR untuk yayasannya. Seharusnya mereka memberikan dana CSR tersebut ke masyarakat, bukan malah mendapat uang rakyat yang digelontorkan dari APBN lewat Kemdikbud.

“Jadi yayasan-yayasan tersebut seharusnya mengeluarkan uang CSR. Bukannya malah memakai uang rakyat yang diamanatkan ke Kemdikbud. Uang rakyat lho. Bukan uang pribadi Mendikbud dan jajarannya,” tegasnya.

Dradjad menambahkan, memang tidak ada larangan secara hukum sebuah yayasan penerima CSR dari perusahaan besar mendapatkan dana dari pemerintah. Namun dia mempertanyakan etika dan norma yayasan tersebut.

“Tapi secara etika dan normatif, apa pantas? Mereka kan yayasan dari grup perusahaan yang termasuk terkaya di Indonesia. Itu seperti membagi bansos kepada bos-bos yang sudah kaya raya,” katanya.

“Tolong diingat, pendidikan anak bangsa itu kompleks dan multidimensional,” tutupnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya