Berita

Bank DKI/Net

Publika

Bank DKI Jangan Sampai Jadi Bank “Mafia”

KAMIS, 23 JULI 2020 | 08:20 WIB

MAFIA pengadilan dulu kerap kali terdengar dari orang-orang yang berurusan dengan pengadilan. Jual beli perkara, transaksi atur keputusan, yang ke semuanya dapat menjungkirbalikan kebenaran dan keadilan.

Yang salah bisa jadi pemenang, yang benar malah jadi pecundang. Tapi itu dulu, sekarang beda tatarannya. Ada aroma tak sedap tapi jarang yang vulgar kontroversial.

Adalah yang saat ini tengah berlangsung dari sebuah bank bernama Bank DKI, di mana sejak tahun 2002 hingga 2016 dinyatakan secara hukum berkewajiban membayar ganti rugi kepada pemilik sah tanah dan bangunan yàng ditempati bank tersebut, di bilangan Jakarta Barat.

The Tjin Kok memenangkan perkara sejak gugatan diajukan di Pengadilan Tingkat Satu hingga MA dan inkrach setelah PK pun memutuskan hal yang sama. Seharusnya pekan ini sudah menerima haknya.

Namun tampaknya meskipun di hadapan hakim terkait eksekusi sita lelang itu pihak Bank DKI telah menyanggupi tenggang waktu final pembayarannya, terdapat gelagat untuk mengulur kewajibannya melunasi penderitaan panjang perjuangan keadilan The Tjin Kok itu.

Mengulur waktu ini dilakukan sejak akhir keputusan inkrach tahun 2016. Akibatnya merugikan hasil bersih bank (99 persen saham pemprov ) karena tambahan denda bunga yang harus dibayarkannya. Kuasa penggugat, Lieus Sungkharisma memperkirakan sekitar Rp 1,5 miliar.

Namun yang sesungguhnya lebih memprihatinkan adalah adanya kejanggalan atas fee atau biaya konsultasi pengacara dalam laporan keuangan Bank DKI sebanyak dua kali. Hal ini tidak wajar termasuk nilai yang dibayarkan. Fantastis.

Lieus bermaksud melaporkan kejanggalan temuan tersebut ke Bareskrim dan KPK untuk ditelaah kebenarannya, karena patut diduga tidak dibayarkan atau ditunda-tundanya kewajiban Bank DKI kepada kliennya adalah terkait kejanggalan tersebut.

Bila benar adanya, maka cara semacam itu pada internal manajemennya, maka kita patut mengingatkan agar Bank DKI jangan sampai jadi seperti bank "mafia".

Adian Radiatus

Pemerhati ibukota

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya