Berita

Pertemuan Dokter Andani (rompi hijau kemeja biru) saat bertemu dengan Tri Rismaharini/Net

Dahlan Iskan

Risma Andani

SENIN, 20 JULI 2020 | 04:50 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

HARI ketiga di Surabaya dokter Andani Eka Putra mengajak saya makan di restoran Padang. Rupanya ia sudah bosan dengan makanan hotel.

”Orang Padang ini susah. Tidak bisa pisah dengan masakan Padang,” katanya.

Saya pun ingat. Istri saya, tadi pagi, masak mirip masakan Padang. Mirip rendang. Bukan daging biasa, tapi bagian dalam pipi sapi.


Dokter Andani pun masuk mobil saya. Bersama Alghozi Ramadhan, si Melinial Nakal. Saya yang mengemudikan mobil. Mereka tidak tahu akan dibawa ke restoran mana.

Keduanya memang lagi di Surabaya. Mereka diajak Letjen Doni Monardo ke Surabaya. Ketua BNPB itu memang prihatin akan keadaan Surabaya. Yang lagi dinyatakan sebagai daerah merah-hitam.

Hari kedua, mestinya dr Andani ikut Letjen Doni ke Makassar. Tugasnya sudah selesai --mesti tidak tuntas. Andani sudah bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Memang ia juga ingin bertemu Wali kota Surabaya. Tapi ia sudah sempat ”tidak ada harapan” untuk bisa bertemu Tri Rismaharini hari itu.

Malam itu di kantor Harian DI’s Way, Dokter Andani sudah pamit saya. Ia akan ikut ke Makassar keesokan harinya.

Tapi di halaman ia dicegat Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti. Yang dari PKS itu. Dia lagi berusaha mencari hubungan dengan sang wali kota.

Dokter Andani tidak jadi ke Makassar. Siapa tahu masih bisa bertemu wali kota.

Harapan sering seperti doa. ”Besok jam 7 pagi saya diterima Bu Risma," tulis Andani di WA-nya.

”Semoga berkah,” balas saya.

Dokter Andani harus tambah dua malam di Surabaya.

Alhamdulillah. Puji Tuhan. Amitohu. Rahayu.

Begitu selesai pertemuan dengan Bu Risma itulah ia merasa lapar. Langsung minta masakan Padang tadi.

Dokter Andani lega sekali. Ia memberi pujian yang tinggi pada Bu Risma. ”Beliau langsung setuju dan langsung action,” ujar Andani.

Langsung action-nya itu yang membedakan Bu Risma dengan banyak lainnya.

Pertemuan itu berlangsung di rumah dinas wali kota. Sampai lama sekali. Lebih dari dua jam. Bahkan, setelah pertemuan, Dokter Andani langsung diajak ke satu lokasi, agak di pinggir kota.

Itulah lokasi yang akan dijadikan laboratorium baru untuk Covid-19 Surabaya.

Yang mengantar ke lokasi itu adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya sendiri, dr. Febria Rachmanita.

Di Surabaya Febria memang dikenal sangat dekat dengan Bu Risma. Dialah yang pagi itu menemani Bu Risma dalam pertemuan dengan Andani.

Pagi itu juga, banyak sekali yang langsung dilakukan Febria. Dia sama cekatannyi dengan Bu Risma. Dia pimpin sendiri percepatan penyelesaian laboratorium "baru" itu. Yang manajemennya akan didukung penuh Andani dan BNPB.

Dokter Andani menilai bangunan untuk lab itu sudah cukup bagus. BNPB, katanya, pasti siap membantu alat apa saja. Termasuk mesin PCR. Pun akan membantu pengadaan reagan yang kini harganya kian mahal.

Selesai pertemuan dengan Bu Risma itu, Andini juga langsung berkomunikasi dengan Letjen Doni Monardo. Dari hasil komunikasi itulah ia bisa menjamin: bantuan peralatan dari pusat itu akan segera tiba di lab milik kota Surabaya.

Saya ikut terharu ketika dokter Andani menceritakan perasaan Bu Risma. ”Beliau itu ibaratnya ingin sekali mengatasi Covid-19 di Surabaya. Surabaya itu punya segala-galanya. Tapi tidak punya laboratorium yang memadai,” ujar Andani.

Yang membuat Andani juga lega adalah ini: adanya kesepahaman bahwa angka positif nanti akan naik drastis. Dan itu tidak apa-apa. Tidak akan merasa malu. ”Sikap seperti ini penting sekali untuk mengatasi penularan Covid-19,” ujar Andani.

Maka Bu Risma pun membuat putusan cepat. Agar sebanyak mungkin tes PCR dilakukan di Surabaya. Bisa dimulai seminggu lagi. Kapasitas lab akan dinaikkan drastis secara bertahap. ”Akhirnya akan bisa mencapai 4.000 - 5.000,” sehari.

Maka jangan kaget kalau angka-angka baru penderita Covid-19 akan melonjak di Surabaya. Tapi itulah kenyataan yang riil. Yang tidak perlu disembunyi-sembunyikan.

Dengan memperbanyak tes seperti itu --meski pun pahit-- rantai penularan bisa diputus.

Ketika angka positif di Surabaya nanti melonjak, daerah lain jangan sampai mencemooh dulu. Bisa jadi daerah lain itu lebih parah --hanya saja masih tersembunyi.

Memang memperbanyak pemeriksaan itu tidak bisa jalan sendiri. Harus diikuti dengan sistem monitoring yang ketat. Monitoring secara manual tidak mungkin lagi.

Itulah sebabnya saya juga salut bahwa Alghozi, si Melinial Nakal itu, masih bertahan di Surabaya. Siapa tahu ia juga akan dibutuhkan.

Kombinasi perbanyak tes dan teknologi monitoring adalah pedang dua mata yang paling ditakuti Covid-19. Tapi banyak di antara kita sendiri ternyata masih takut menggunakannya.

加油 Surabaya!

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya