Berita

Aktivis dan cendekiawan muda, Yudi Latif/Net

Politik

PANDEMIK COVID-19

Yudi Latif: Negara Yang Memiliki Ketahanan Budaya Akan Mampu Hadapi Krisis

RABU, 08 JULI 2020 | 10:14 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Keberhasilan sejumlah negara yang sukses mengatasi krisis akibat pandemik virus corona baru atau Covid-19, karena negara tersebut memiliki ketahanan budaya.

Demikian disampaikan aktivis dan cendekiawan muda, Yudi Latif saat menjadi pembicara webinar bertajuk "Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Agama dan Kebudayaan", Selasa malam (7/7).

Pembicara lain webinar yang diinisiasi DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), gurubesar UIN Jakarta Azyumardi Azra, cendikiawan Daniel Dhakidae, dan budayawan Radhar Panca Dahana. Sementara yang memandu jalannya webinar langsung oleh Ketua Umum PGK Bursah Zarnubi.

"Kita lihat covid ini meskipun virusnya sama, tapi dampaknya ke berbagai negara itu beda-beda. Ada negara yang parah banget, ada negara yang cepat rcovery. Apa yang membedakan, coba kita perhatikan, jarak dari Wuhan (China) itu ke nagara-negara Asia Timur begitu dekat, Taiwan survive, cepat. Korea pulih cepat, Jepang punya kemampuan begitu cepat," kata Yudi Latif.

Sementara itu, jarak ribual mil dari Wuhan ke benua Amerika, menyebabkan Amerika Serikat tidak bisa keluar dari krisis akibat pandemik Covid-19. Negara yang dipimpin Donald Trump itu terseok-seok melawan pandemik hingga saat ini.

Belum ada indikasi negara adikuasa tersebut keluar dari krisis. Padahal pemerintah negeri Paman Sam itu sudah melakukan banyak hal untuk keluar dari krisis. Menurut Yudi Latif, negara-negara yang tidak memiliki ketahanan budaya sulit menghadapi krisis.

"Satu hal yang bisa kita identifikasi bahwa negara-negara yang punya ketahanan budaya dalam hal ini national identity akurat itu memiliki kesanggupan untuk menghadapi krisis, jauh lebih efektif ketimbang negara yang identitas nasionalnya yang sedang bermasalah. Kita lihat misalnya Jepang, Korsel, Taiwan, Vietnam, New Zeland, Jerman. Negara-negara dengan national identity-nya yang kuat itu mampu mengatasi ancaman krisis secara lebih efektif," katanya.

Dijelaskan Yudi Latif, para psikolog sudah mengatakan bahwa setiap orang berbeda-beda kemampuannya menghadapi krisis. Begitu juga negara. Jika misalnya krisisnya sama, baik dari segi tekanananya maupun presurernya terhadap orang yang berbeda melahirkan dampak yang berbeda pula. Namun, dalam psikologi hal itu sangat tergantung pada ego strength buatan jadi diri seseorang.

"Jadi kemampuan orang punya moral perfect, kepercayaan diri, punya ketahanan dalam presure, kemudian tidak cepat patah. Itu ego strength yang mempengaruhi orang di alam menghadapi krisis. Nah, ego strength dalam koteks kedirian kolektif, kolektifitas kayak bangsa juga kayak semacam kedirian. Ego strength dalam kedirian kolektif harus bergerak dengan nastional identity," tuturnya.

Yudi Latif menjelaskan untuk menghadapi krisis perlu dibangun identitas nasional. Jika identitas nasional sudah dibangun dan menjadi kebanggaan bersama, dia meyakini, negara-negara tersebut, termasuk Indonesia, dapat melewati berbagai macam tantangan.

"Ini dibangun antara lain dibangun oleh adanya share aksperience, kebertautan secara yang sama. Ada share velues, tapi yang paling penting namanya share pride atau kebanggaan yang sama. Jadi negara-negara national dignity, kebanggaan nasional yang kuat itu biasanya jauh lebih memiliki ketahanan menghadapi berbagai cobaan. Kita lihat msialnya Jepang dan Jerman sudah berkali-kali jatuh, berkali-kali dia dihadapi krisis tapi selalu dia bisa bangkit cepat dan memimpin dunia, gitu. Kita lihat kalau negara itu yang identity nasionalnya sedang rapuh negara adidaya kayak Amerika saja tidak berkutik di hadapan corona ini," imbuhnya.

Selain itu, Yudi Latif yang juga mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyampaikan bahwa pendemik Covid-19 harus dijadikan pelajaran yang cukup berharga untuk membangun indentitas nasional secara kolektif. Disampaikan, di balik musibah maupun krisis selalu ada pelajaran dan hikmah sekaligus ancaman.

"Ada peluang bagi mereka yang mau belajar. Persoalannya kita ini kan boro-boro di masa krisis, di masa biasa juga enggak bisa belajar. Apa yang bisa kita pelajari dari krisis ini. Kalau di dalam kitab suci Al-Quran dijelaskan bahwa di balik kesulitan itu selalu ada kabar gembira. Sekarang apa yang bisa kita petik pelajaran dari covid ini," demikian Yudi Latif.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya