Berita

Analis sosial politik UNJ, Ubedilllah Badrun/Net

Politik

Kasus Corona Indonesia Tertinggi Di Asia Tenggara, Ubedilah Badrun: Sejak Awal Masyarakat Cuek Karena Pemerintah Mencla-mencle

SABTU, 20 JUNI 2020 | 05:36 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Kebijakan pemerintah yang salah dinilai menjadi faktor utama Indonesia menjadi negara paling tinggi kasus virus corona baru (Covid-19) dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun mengatakan, data per (19/6) menunjukkan bahwa kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara dengan 43.803 kasus dan 2.373 kasus kematian.

"Sampai hari ini, kasus positif Covid-19 di Asia Tenggara berjumlah 123.000 kasus lebih. Sebagian besar negara dilaporkan kurva kasus positifnya telah melandai. Sementara Indonesia belum melandai," ucap Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat malam (19/6).


Ubedilah pun membeberkan dua penyebab Indonesia menjadi negara tertinggi kasus Covid-19 di Asia Tenggara.

"Mengapa Indonesia belum melandai? Setidaknya ada dua sebab utama. Pertama, karena pemerintah telah salah membuat kebijakan pada awal kasus, ketika ada kesempatan berharga untuk melakukan karantina wilayah Jakarta di bulan Maret selama 14 hari tetapi tidak dilakukan," jelas Ubedilah.

Namun, pemerintahan Joko Widodo malah memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang hingga saat ini diperpanjang.

"Kebijakannya justru PSBB yang sampai diperpanjang dan ada transisi pula. Itu pun terlambat. Jadi memakan waktu lebih dari 14 hari berlanjut sampai saat ini. Saat PSBB, lalu lintas sosial masih dibolehkan sehingga peluang penyebaran Covid-19 masih terjadi," kata Ubedilah.

Hal tersebut sambung Ubedilah, menggambarkan bahwa orientasi kebijakan pemerintah masih mengutamakan keselamatan ekonomi ketuimbang keselamatan rakyatnya.

"Meskipun terbukti bahwa PSBB juga ternyata tidak menjamin keselamatan ekonomi karena faktanya angka pertumbuhan ekonomi di kwartal II tahun 2020 ini justru makin terpuruk bahkan minus," terang Ubedilah.

Penyebab yang kedua, tambah Ubedilah ialah karena masyarakat Indonesia dinilai secara sosial belum memiliki budaya disiplin yang kuat. Sehingga, cenderung mengabaikan protokol kesehatan.

"Ini problem makin serius ketika masyarakat semakin cuek dan tidak percaya dengan kebijakan pemerintah yang mencla-mencle dan cenderung tidak konsisten atau berubah-ubah," pungkas Ubedilah.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya