Berita

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi saat mengucapkan selamat Idul Fitri/Net

Publika

Tradisi Halal Bihalal Dan Makna Kata Maaf Presiden

MINGGU, 24 MEI 2020 | 12:13 WIB

MENGAPA di Indonesia ada tradisi Halal Bihalal yang tidak ada di negeri lain? Tradisi Halal Bihalal telah bdampak sosial dan politik dalam masyarakat.

Secara sosial kehidupan brnegara lebih cair dan terbuka di mana umat non muslim mendapatkan ruang dan momen untuk ikut memberikan ucapan Idul Fitri.

Secara politik Halal Bihalal jadi ruang untuk mencairkan ketegangan politik nasional.


Awalnya ide Kiai Wahab Hasbullah dan Bung Karno pada 1948 untuk membuka dialog informal atas panasnya politik dan ancaman disintegrasi bangsa dengan konsep silaturahmi nasional. Lalu diubah namanya dengan Halal Bihalal.

Halal Bihalal bukan berakar dari struktur gramatika bahasa Arab karena bukan tradisi Arab merayakan pasca puasa Ramadhan.

Makna yang ingin dirujuk adalah masing-masing memberikan kehalalan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Ini mengambil esensi silaturahmi sebagai akulturasi sejak Kerajaan Islam di Jawa.

Budaya lokal Nusantara yang selalu menghormati orang yang tua dipadu dalam kegembiraan Idul Fitri menjadi budaya baru silaturahmi yang dikenal sekarang dengan Halal Bihalal.

Tradisi ini sudah dilakukan Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (Mangkunegara I Surakarta), raja yang sangat typical Javanese muslim.

Tradisi Halal Bihalal di Mangkunegaran kala itu para penggawa dan prajurit di Istana saling mminta maaf satu dengan yang lainnya selepas Shalat Ied.

Sdgkan kepada raja dan permaisuri mereka melakukan “sungkem”. Tradisi inilah yang kemudian mengilhami konsep Halal Bihalal pasca Kemerdekaan RI.

Kini di era reformasi semestinya presiden tidak menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat tanpa makna, atau sebatas basa-basi Lebaran saja.

Kata maaf itu harus dimaknai dalam konteks kebijakan yang dianggap salah, yang telah merugikan dan melukai hati rakyat. Kecuali Presiden Joko Widodo merasa selalu benar?

Gde Siriana

Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus), yang juga aktivis Bandung Initiative Network, dan magister terapan ilmu pemerintahan

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya