Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Makrifat Pagi: Puasa Kuasa

JUMAT, 24 APRIL 2020 | 10:12 WIB | OLEH: YUDI LATIF

SAUDARAKU, bulan puasa datang berulang, mengajak kita jeda kerutinan. Ibarat musim gugur memberi pepohonan saat meranggas. Dedaunan jatuh luruh, gugur-tafakur, pulang ke akar, menyuburkan kehidupan.

Sesungguhnya bejana kehidupan yang penuh jemu susah menerima pengisian. Perut yang terus-terusan kenyang jadi biang penyakit. Hati yang mengejuju jenuh jadi perigi depresi. Organ yang tunak bergerak jadi mudah lapuk.

Manusia memerlukan jeda pengosongan, penyegaran, pengasoan. Sela puasa menjadi momen hibernasi untuk memulihkan kesehatan jasmani-rohani. Sedemikian vitalnya, hingga Tuhan pun mengajak seluruh manusia melakukannya; menghargainya sebagai kado spesial buat-Nya.

Maksud puasa mengurangi kepenuhan perut, janganlah diisi gairah konsumsi dengan ritual melambung harga-harga. Maksud puasa melepas tekanan hati, janganlah disesaki asap pergunjingan dan permusuhan. Maksud puasa mengistirahatkan organ tubuh, jangan ditambah beban pencernaan.

Pengurangan konsumsi bisa menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh; berbagi gizi-kenikmatan pada sesama. Pengosongan perut bisa mengistirahatkan pencernaan; memberi efek detoksifikasi dan peremajaan sel-sel otak. Pelepasan tekanan hati, lewat zikir dan aneka ibadah, membebaskan jiwa dan penjara rutinitas masalah.

Dengan mengendalikan diri dari gravitasi syahwat bumi, roh manusia bisa mikraj ke langit tertinggi. Dengan melesat ke langit suci, mental manusia terbang dari kesadaran personal menuju transpersonal; dari kesadaran keseharian, menuju kesadaran terluhur.

Dengan puasa sejati, derajat manusia ditinggikan melampaui nilai kebendaan-kekuasaan. Bahwa nafsu menimbun harta, memperluas pengaruh, dan eksploitasi pengetahuan telah melalaikan manusia hingga membiarkan dirinya menjadi faktor produksi, budak kekuasaan, dan alat percobaan.

Dalam perbudakan nafsu, agama yang mestinya pengemban misi keadilan, cinta kasih, dan kewarasan justru acap kali menjadi penasbih atau setidaknya membiarkan kezaliman, permusuhan, dan pembodohan.

Di manakah misi penyempurnaan akhlak jika agama hanya dijadikan kemasan pemasaran, pangkal pertikaian, dan dalih kekuasaan?

Kapan agama menyuburkan kebajikan jika terus-terusan jadi sengketa interpretasi dalam persaingan pendakuan kebenaran, sebagai amunisi dalam perebutan kuasa?

Jika agama sebagai sumur moralitas sudah mengering; bagaimana bisa yakin bahwa segala percobaan reformasi politik bisa berhasil tanpa basis etis yang menopangnya.

Politik tanpa landasan etik bak bahtera yang berlayar tanpa kompas. Rezim silih berganti, janji-janji digoreng dengan kecap nomor satu, sumber daya terkuras dengan utang luar negeri yang terus membubung. Ada banyak gerak-gerik sekadar untuk gerak di tempat. Kita seakan melaju ke depan, untuk tersesat di banyak tikungan, yang membuat kita kembali ke titik awal.

Jeda Ramadhan memberi momen refleksi diri, memulihkan tenaga rohani untuk membakar benalu yang mengerdilkan moralitas. Ramadhan memberi kesadaran bahwa hasrat menimbun dan berkuasa tak pernah ada puasnya kecuali dengan puasa. Pengendalian dirilah akar tunggang pengendalian sosial. Adapun puasa bak kawah candradimuka pelatihan kendali diri.

Sekiranya semua warga mampu berpuasa sungguhan, gumpalan lemak yang berlebih di satu kelompok bisa disalurkan menjadi energi hidup bagi kelompok lain, tidak menjadi kolesterol keserakahan yang memicu kelumpuhan sosial. Seperti dedaunan yang jatuh di musim gugur bisa memupuk rerumputan di bawah dan sekitarnya.

Sesekali kita pun perlu meranggas; membiarkan keakuan terbakar, tersungkur sujud; menginsafi kefanaan yang menerbitkan hasrat untuk berbagi, membuka diri penuh cinta untuk yang lain.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya