Berita

Nahdlatul Ulama/Net

Muhammad Najib

Mungkinkah NU Dipimpin Oleh Bukan Kiai?

SELASA, 24 MARET 2020 | 16:27 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

NAHDLATUL Ulama (NU) yang arti harfiahnya adalah: kebangkitan ulama, merupakan organisasi Islam yang didirikan oleh para ulama atau kiai pada 16 Rajab 1344 H, yang bertepatan dengan 31 Januari 1926.

Sejak berdirinya NU menekuni bidang pendidikan yang berbasis pada pesantren. Hal inilah yang menjadi alasan utama para peneliti sosial keagamaan mengkategorikan NU sebagai organisasi Islam tradisional.

Pandangan ini diperkuat oleh jenis ilmu yang diajarkan dan metodologi yang digunakannya. Paradigma NU sebagai organisasi Islam tradisional semakin sempurna, bila dikaitkan oleh basis utamanya berada di desa, bukan kota. Karena itu, secara secara peyoratif NU pernah dikatakan sebagai organisasinya kaum sarungan, karena akrabnya sarung dengan santri atau kiai yang hidup di desa.

NU dulu beda dengan NU sekarang. Secara geografis, kegiatan NU sejak beberapa tahun terakhir sudah merambah kota-kota besar di Indonesia. Bahkan kini sudah membuat perwakilan di luar negeri, bukan hanya di negara-negara Timur Tengah, akan tetapi juga di Eropa, Amerika, Australia, dan China.

Aktivitas NU juga tidak berhenti hanya mengelola pesantren, akan tetapi sudah berkembang ke ranah ekonomi dan sosial. Banyak pesantren NU yang sukses mengembangkan aktivitas ekonomi, begitu juga dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Indikasi suksesnya NU mengembangkan diri dalam bidang pemberdayaan masyarakat, dapat dilihat dari banyaknya kader NU yang terlibat di LSM nasional maupun NGO internasional.

Begitu juga dalam bidang pendidikan. Disamping mempertahankan pesantren, NU juga mengembangkan sekolah umum, mulai SD sampai universitas.

Sementara dalam bidang keilmuwan, perguruan tinggi yang berafiliasi ke NU tidak berhenti hanya menekuni ilmu tafsir, hadits, fiqih, dan seterusnya yang masuk dalam kategori ilmu agama, akan tetapi juga ilmu-ilmu umum seperti ekonomi, kedokteran, sain dan teknologi.

Karena itu, Muktamar ke-34 NU yang rencananya akan diadakan September mendatang di Lampung menarik untuk dicermati, khususnya terkait dengan model kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan yang dihadapi NU mendatang.

Selama ini NU selalu dipimpin oleh ulama/kiai, dan dikabarkan Kiai Said Aqil  Siroj akan maju lagi sebagai petahana. Akan tetapi sejumlah cendekiawan berbasis perguruan tinggi juga dikabarkan mendapat dukungan cukup kuat.

Di Muhammadiyah, orang nomor satu yang berlatar belakang pendidikan agama yang menjadi nakhoda Persyarikatan adalah KH. Azhar Basyir yang sempat menimba ilmu di Al Azhar, Mesir.

Selanjutnya, Muhammadiyah dipimpin oleh para cendekiawan berbasis universitas, bahkan jebolan dari sejumlah universitas ternama di Amerika.

Berkat kepemimpinan mereka, Muhammadiyah berhasil melakukan berbagai lompatan, menghadapi berbagai perubahan sosial yang terjadi di masyarakat yang berimplikasi pada munculnya berbagai bentuk tuntutan baru yang berbeda dengan sebelumnya.

Bagi Muhammadiyah, tidak ada bedanya antara ulama dan cendekiawan. Apalagi jika merujuk pada Bahasa Arab, dimana kata "ulama" merupakan kata jamak dari kata "alim" yang berarti orang berilmu. Di dunia Arab, mereka yang menguasai ilmu agama atau ilmu umum juga disebut ulama. Di Muhammadiyah juga, ilmu agama dan ilmu umum sama mulianya, dan pahalanya juga sama besarnya.

Kini kita menanti apakah sudah waktunya NU dipimpin cendekiawan atau bukan kiai? Mari kita doakan semoga Muktamar NU mendatang berjalan lancar dan berhasil memilih kader terbaiknya.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya