Berita

Ilustrasi Kamar Isolasi/Net

Kesehatan

Bukti Pemerintah Gagap Corona, Keluhan Pasien: Ruang Isolasi Sempit, Malah Dekat Dengan Resiko Penyebaran

SELASA, 17 MARET 2020 | 09:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah telah mengimbau agar warga menerapkan Sosial Distancing sebagai tindakan pengendalian infeksi, di antaranya adalah menjaga jarak sosial.

Namun, kekhawatiran akan penularan virus corona rupanya tidak hanya di ruang publik saja.

Beberapa rumah sakit rujukan pemerintahan, penanganan pasien ternyata malah menimbulkan kekhawatiran.

Salah satunya adalah rumah sakit yang berada di kawasan selatan Jakarta, di mana ruangan isolasi yang hanya 3x4 meter justru berisi 5-6 orang pasien.

Pasien-pasien itu terlihat duduk menunggu untuk menjalani tes swab memastikan mereka positif atau negatif virus corona.

Lain lagi kisah yang dialami oleh seorang pasien yang telah dinyatakan positif virus corona ini. Pasien ini, mengeluhkan pelayanan yang didapatnya dari sebuah rumah sakit rujukan.

Melalui akun Twitternya, pasien yang menggunakan akun @fmuchtar_  ini mengisahkan pengalaman tak menyenangkannya selama dirawat di rumah sakit tersebut.

Senin (16/3), pasien tersebut menulis ia telah dinyatakan positif virus corona oleh dokter setelah gejala-gejala ia rasakan dan sempat menjalani karantina sendiri di rumah.

Sebelumnya, ia menjalani serangkaian tes. Salah satunya adalah rontgent paru.

"Habis gua rontgent paru, gua dipindahkanlah ke ruang dekontaminasi, itu isinya orang batuk semua. Pokoknya batuk, mau dia terindikasi corona atau enggak digabung disitu. Satu ruangan bisa berisi 4-5 orang dengan ukuran ruangan yang gua kira paling 2x3 meter," tulisnya.

Setelah hasil rontgent menyatakan ia positif virus corona, ia pun dipindahkan ke ruang khusus isolasi covid-19.

Ia sangat terkejut saat memasuki ruangan itu. Di sana ternyata ada enam pasien dengan kriteria sakit yang berbeda.

"Mau tau gimana kondisi ruangannya? ruangan isolasi ini diisi sama 6 orang pasien dengan kriteria sakit beda-beda. Mulai dari yang keliatan sehat sampe yang batuknya sering tuh ada, dicampur di ruang itu," katanya.

Ruangan itu hanya ada tiga buah kasur, sehingga tiga pasien lain terpaksa harus tidur di kursi.

Dua pasien akhirnya dirujuk ke RS Rujukan lain. Sedangkan sisanya, empat orang termasuk dirinya, menunggu kamar isolasi rawat inap kosong, sedangkan kondisinya semua RS Rujukan penuh semua.

Keesokan harinya, ia dan tiga pasien itu menjalani tes swab. Namun, hasil tes swab baru bisa diketahui paling cepat 3 hari.

"Lama banget ga tuh? Mangkanya ga heran di mata najwa Gub DKI sama Gub Jabar pengen tes mandiri. Soalnya kalo nunggu pusat lama banget," tulisnya lagi.

Ia bersama tiga pasien itu pun pulang ke rumah dan karantina mandiri sambil menunggu hasil.

"Kalo positif, ya kita bakal dijemput pake ambulans. Ini juga dilakukan karena jumlah ruang isolasi terbatas, sedangkan jumlah pasien suspect dan positif terus nambah," tulisnya.

Pasien dengan akun @fmuchtar_  ini menguraikan setelah apa yang ia lewati ia merasakan bahwa pemerintah belum siap menghadapi wabah virus corona. Hal itu disetujui oleh dokter yang mengajaknya bercakap-cakap saat pemeriksaan.

Ia pun menduga bahwa sebenarnya Indonesia memiliki angka yang tinggi soal jumlah kasus yang sayangnya tidak tercatat.

"Kenapa gua bilang banyak yang underdiagnosed (Jumlah angka official jauh lebih kecil dr jumlah kasus real di lapangan)? ya karena ga semua orang bisa ngecek dan mau ngecek. Fasilitas kita masih sangat terbatas, bahkan petugas medis yang nanganin pasien aja ga bisa tes swab," keluhnya.

Ia mengatakan hal ini terjadi karena Indonesia terlalu sombong dan meremehkan virus ini ketika pertama kali muncul di Wuhan. Menurutnya, alih-alih mempersiapkan dengan serius, kita malah jadikan bahan bercandaan dan menantang riset havard yang bilang virus ini sudah ada di Indonesia.

"Pada awal-awal virus ini muncul, kita lebih memilih buat bayar influencer 72M dan kasih diskon pesawat. Disaat negara lain serius memandang corona, negara ini malah meremehkan. Jangan heran kalo sekarang kita gagap menangani ini. Karena kita ga siap!" cetusnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya