Berita

Presiden Joko Widodo didampingi Menkeu Sri Mulyani/Net

Publika

Iuran BPJS Batal Naik, Jangan Jadi Alasan Pemerintah Peras Rakyat Dengan Pajak Atau Tambah Utang

RABU, 11 MARET 2020 | 10:16 WIB

KABAR gembira bagi rakyat Indonesia. Mahkamah Agung (MA) membatalkan kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pembatalan ini setelah adanya pengajuan judicial review oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) terhadap Peraturan Presiden Nomor 75/2019 tentang Jaminan Kesehatan.

MA menyatakan bahwa pasal 34 ayat 1 dan 2 Perpres Jaminan Kesehatan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Selain itu, pasal tersebut dinilai bertentangan dengan sejumlah undang-undang. Sehingga iuran BPJS yang sebelumnya telah dinaikkan per 1 Januari, setelah putusan ini akan dikembalikan pada iuran semula.

Keputusan ini tentunya menjadi pukulan berat bagi pemerintah. Pasalnya, di tahun 2019 saja BPJS dinyatakan defisit Rp 13 triliun. Untuk menutupi kekurangan itu, maka dibuatlah aturan Perpres ini. Namun, bagaimana nasib jaminan kesehatan selanjutnya? Akankah bisa menutupi defisit anggaran ini?


Berbicara masalah defisit, ini adalah tantangan berat Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Dalam wawancaranya ibu menteri menyampaikan pembatalan tersebut berdampak pada keuangan BPJS dan kelangsungan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Menteri Keuangan tersebut melanjutkan bahwa kondisi ini pasti akan merubah seluruh keadaan. Pemerintah tidak bisa secara terus-menerus menutupi anggaran yang defisit. Oleh karena itu diperlukan gotong royong dari seluruh pihak. Karena menurutnya ada 96,8 juta rakyat miskin yang dianggap tidak mampu.

Lebih dari itu, saat ini pemerintah masih mempelajari isi keputusan MA. Dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Serta merencanakan tindak lanjut untuk menutup defisit anggaran ini.

Rakyat Tetap Ngeluh


Menjadi seorang rakyat jelata tentu sangat bingung dengan kondisi ini. Kalau saja boleh jujur, sebelum iuran BPJS ini dinaikkan. Rakyat sudah merasakan kesusahan. Setiap bulan mereka harus menyisihkan uangnya untuk bayar BPJS. Kalau dalam satu KK hanya satu orang mungkin tak masalah.  Tapi biasanya dalam 1 KK ada 4 orang. Kalau kelas 1 sudah Rp 320 ribu,, kelas 2 sebesar Rp. 204 ribu, dan kelas 3 Rp. 102 ribu.

Jika mengikuti standar garis kemiskinan di negeri ini, masyarakat dikatakan miskin jika pendapatannya kurang dari Rp. 401.220 perbulan. Jadi jika pendapatannya Rp. 500.000 perbulan sudah tidak bisa dikatakan miskin. Paling tidak jika daftar BPJS masuk kelas 3. Dengan pendapatan segitu, setiap bulan harus mengeluarkan uang Rp. 102 ribu itu cukup berat. Makanya tidak heran jika banyak peserta BPJS yang sengaja tidak bayar tiap bulannya.

Mengambil Alih Hak Kita


Sudah bisa dipastikan, dengan ditolaknya kenaikan iuran BPJS ini. Pemerintah akan kelimpungan mencari solusi defisit anggaran BPJS. Jika hanya mengandalkan APBN, nol busyit. Tak mungkin bisa bertahan lama. Mau pinjam dari teman asing atau badan kesehatan dunia? Kok ya nemen, utang kita hingga Januari 2020 sebesar Rp. 4.817,5 triliun. Masih berani utang?

Atau mau menaikkan pendapatan. Sumber APBN paling besar berasal dari pajak. Rakyat benar-benar sudah terhimpit dengan pajak, masih mau diperas lagi agar bisa ditarik pajak? Bisa jadi akan tambah bingung lagi. Pendapatan lainnya dengan memaksimalkan program Woderfull Indonesian. Dengan menggenjot program wisata diharapkan bisa mendapat pemasukan yang banyak. Pertanyaannya mampukah penghasilan dari pariwisata menutupi defisit anggaran? Sedang untuk bayar utang dan bunganya saja masih tersengal.

Tarik Milik Kita


Masih ingat pelajaran saat Sekolah Dasar (SD) dulu? Negeri kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Sumber Daya Alam (SDA) tersimpan di dalam lautan maupun daratan. Bahkan kita memiliki gunung emas yang terkenal. Penghasil minyak bumi. Apalagi gas alam yang cukup besar pula. Tidak hanya itu, kekayaan lautan membuat setiap orang terpana. Bahkan banyak negara asing yang mengambil ikan di perairan nusantara.

Sayangnya, banyak dari kekayaan alam itu tak dikelola sendiri. Kebanyakan dikuasai asing. Sebut saja blok Cepu, blok Tangguh, blok Freeport, Blok Natuna, Tembagapura dan tempat lainnya yang masih banyak.

Jika semua kekayaan ini diminta 100 persen ke tangan kita. Dikelola oleh anak negeri. Dan dipakai semuanya untuk kebutuhan rakyat, dijamin dapat memenuhi seluruh defisit anggaran BPJS. Bahkan bisa membayar utang yang triliunan. Dengan berjalannya waktu dipastikan rakyat tak perlu lagi membayar BPJS. Karena sudah dibiayai pemerintah dari uang hasil pengelolaan SDA.

Memang, untuk merebut kembali semua SDA yang dikelola asing tidaklah mudah. Apalagi negeri ini sudah terlanjur bervisi menarik investor sebanyak-banyaknya. Maka, diperlukan kebijakan yang kompleks untuk mewujudkan mimpi Indonesia bebas utang dan defisit negeri. Indonesia perlu menjadi negara yang independen. Punya pendirian sendiri. Dan perlu garang menghadapi seluruh negara yang menjadi musuh dalam selimut. Wallahu a'lam.

Henyk Nur Widaryanti
Dosen Universitas Soerjo Ngawi.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya