Berita

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan/RMOL

Politik

Dua Kelompok Ini Tak Henti-hentinya Menyerang Anies Baswedan

RABU, 26 FEBRUARI 2020 | 19:22 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

RMOL.  Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tak henti-hentinya mendapat serangan. Serangan tersebut pun terbagi atas dua kelompok yakni kelompok emosional dan kelompok rasional.

Demikian yang disampaikan pengamat politik, Toni Rosyid saat menjadi narasumber  diskusi publik bertajuk "Mengapa Gubernur Anies Selalu Diserang, Siapa Yang Diuntungkan" yang digelar Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar) di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, Selasa (25/2).

Toni menjelaskan, kelompok emosional muncul karena masih ada barisan dari mereka-mereka yang belum move on. Meskipun menurutnya jumlah saat ini semakin kecil dibandingkan awal-awal Anies menjabat sebagai Gubernur, namun kelompok like and dislike akan selalu ada.


"Persoalannya apakah kesempatan itu digunakan untuk menyerang atau tidak," ujar Toni.

Selain itu dirinya menambahkan, kelompok emosional bisa muncul dari mereka yang sesungguhnya berada pada posisi netral. Namun karena Anies di dukung oleh seseorang atau partai yang mereka yang tidak sukai maka ketidaksukaan itu pun muncul.

Sementara dari kelompok rasional, Toni memetakan berdasarkan dua basis yakni mereka yang berbasis ekonomi dan berbasis politik.

Untuk mereka yang menyerang Anies atas dasar basis ekonomi, kebanyakan berasal dari para pengembang yang merasa jalannya mendapat hadangan dari Anies.

Hal itu karena Anies dengan tegas berani  menolak sesuatu yang dinilai melanggar aturan seperti reklamasi.
"Dari basis ekonomi juga ada dari mereka yang bergelut di bisnis hiburan. Sebab Anies beberapa kali mencabut izin hiburan malam. Ada Alexis dan Golden crown," jelasnya.

Sedangkan untuk  mereka yang berasal dari basis politik muncul akibat sisa-sisa polarisasi pasca pilpres 2019 lalu. Bahkan Toni menegaskan, polarisasi ini akan terus dirawat sampai pemilu selanjutnya 2024.

"Walaupun Prabowo sudah hijrah atau pindah atau berkhianat, saya enggak tahu. Silahkan pilih bahasanya. Ketika itu terjadi (polarisasi), nah ini akan dirawat terus oleh rakyat yang tanda kutip.  Oleh karena itu saat ini muncul banyak survei-survei," tandasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya