Berita

Publika

Ekonominya Seperti Zaman Multatuli: Suka Malak, Sri Mulyani Mirip Demang Parungkujang…

SENIN, 24 FEBRUARI 2020 | 12:19 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN*

WAKTU VOC bangkrut karena korupsi dan utang menumpuk,  raja Belanda bikin rezim kolonial baru di Nusantara: Hindia Belanda (Nederland Indie).

Pada 1806, Hindia Belanda ditaruh di bawah Kementerian Tanah Jajahan.

Situasi peralihan ini tidak berdampak  perubahan kepada rakyat di lapis bawah, karena para penguasa bumiputeranya tetap bersekongkol   dengan rezim kolonial.


Waktu Van Den Bosch datang mereka jadi suksesor Tanam Paksa. Para bupati yang “berprestasi” memalak rakyat (seperti yang dilakukan oleh Sri Mulyani hari ini) dipuji, dikasih hadiah & naik pangkat.

Anak, cucu, saudara kandung & menantu boleh meneruskan kekuasaan jadi bupati. Jadi walikota pun boleh andai waktu itu ada jabatan walikota...

Esensinya, nepotisme & tribalismenya meriah seperti sekarang.

Pemerintah Belanda dibebani utang akibat kalah dalam Perang Diponegoro. Pada waktu bersamaan, di Eropa, Belanda berperang dengan Belgia.

Untuk mengisi kas yang ludes Tanam Paksa ternyata sangat efektif karena para penguasa bumiputera/para bupati berperan sebagai tukang palak: penagih pajak, penyerobot tanah rakyat, memaksa kerja rodi untuk bikin infrastruktur, dan mengeluarkan berbagai peraturan menguntungkan rezim kolonial.

Mereka memberikan konsensesi atas tanah & kekayaan alam di wilayahnya dengan membebaskan pajak. Ulah kejam ini juga mirip Menkeu Terbalik, Sri Mulyani. Memalak uang kecil pada wong cilik, tapi membebaskan triliunan untuk yang besar, dan memanjakan kreditor pemberi utang.

Sri mirip Demang Parungkujang dalam kisah tragis Saija dan Adinda yang ditulis Multatuli dalam Max Havelaar. Sang bupati suka mengancam wong cilik sebagaimana Sri Mulyani juga suka mengancam akan pungut cukai minuman berpemanis dalam kemasan, tarik cukai motor-mobil, cukai plastik, cabut suntikan dana BPJS 13, 5 triliun, dan lainnya,  yang berkaitan dengan rakyat kecil.

Esensinya negara bokek. Utang bertumpuk. Daya beli lemah. Dunia usaha rontok. Sri Mulyani tidak kreatif. Tak mampu bikin terobosan. Sebab hafalannya buku panduan IMF & Bank Dunia.

Demang Parungkujang juga haus pujian. Waktu orangtua Saija tak mampu bayar pajak dan serahkan tanah yang hanya sepetak hewan ternaknya dirampas. Demang memakai centeng dan jawara bergolok sebagai aparatur bayaran yang atasnamakan hukum.

Kisah Saija dan Adinda masih relevan sampai sekarang. Saija yang miskin pergi ke kota mencari kerja. Menjadi kuli dan teronggok bagai sampah. Adapun Adinda yang tak kalah melaratnya meninggalkan kampung bersama orangtua. Keduanya mati dalam penderitaan. Demang Parungkujang yang kejam dan pendusta hidup dalam genangan air mata rakyat desanya yang miskin.

Max Havelaar (Saija dan Adinda) pada masanya jadi bacaan wajib di Eropa, best seller yang paling dicari di Belanda. Jadi  teman perjalanan bagi orang Belanda yang baru pertamakali berlayar ke Hindia Belanda.

Penulis wartawan senior

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya