Berita

Jaya Suprana/Ist

Publika

Persatuan Indonesia

RABU, 16 OKTOBER 2019 | 00:24 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SEBAGAI rakyat jelata yang bukan hanya awam saja namun bahkan naif politik, saya cukup sadar diri untuk tidak berani mengungkap opini politik apalagi melibatkan diri ke dalam kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah yang sedang menggelora di panggung politik perebutan kekuasaan di Tanah Air Udara tercinta saya ini.

Bahagia


Namun selama merasa bahagia secara konstitusional belum dilarang, saya memberanikan diri untuk merasa bahagia atas perkembangan kemelut politik akhir-akhir ini di mana para tokoh pemimpin bangsa seperti Joko Widodo , Megawati Soekarnoputeri, Susilo Bambang Yudhoyono, Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto dan lain-lain berkenan saling berjumpa. Mereka bersilaturahmi setelah cukup lama tidak bertemu akibat sibuk memperebutkan tahta kekuasaan melalui pemilu dan pilpres yang telah mengorbankan energi lahir-batin, dana bahkan nyawa sesama rakyat Indonesia.


Saya memberanikan diri untuk merasa bahagia sebab ternyata para pemimpin bangsa Indonesia  menyadari bahwa bukan tanpa makna sila Persatuan Indonesia diletakkan tepat pada posisi di tengah-tengah lima sila Pancasila. Berarti Persatuan Indonesia merupakan pusat alias poros segenap gerak sentrifugal yang mempersatukan negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Persatuan Indonesia merupakan Tunggal Ika dari Bhinneka.

Tanpa Persatuan Indonesia selaras makna sukma peribahasa Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh, mustahil kita mampu bersama membangun negara, bangsa dan rakyat Indonesia demi meraih cita-cita terluhur Nusantara yaitu masyarakat adil dan makmur yang hidup bersama di sebuah negara gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja.

Demokrasi


Silakan cemooh saya tidak paham makna demokrasi namun saya tetap memberanikan diri merasa bahagia melihat para pemimpin bangsa berkenan tidak saling bermusuhan. Mereka saling berbeda pendapat agar bisa duduk bersama bermusyawarah-mufakat memikirkan nasib rakyat Indonesia terutama yang belum menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa Indonesia dapat memperoleh masa depan yang lebih baik.  

Silakan cemooh saya naif, sebab saya memang naif dalam meyakini Persatuan Indonesia jauh lebih positif dan konstruktif ketimbang perpecahahan Indonesia apalagi sekadar atas nama demokrasi atau asi-asi apa pun. Demokrasi bukan tujuan namun sekadar sebuah istilah bagi sebuah alat politik untuk menyejahterakan bukan penguasa namun rakyat.  

Silakan sebut saya cebong, kampret, kadal guru. Bagi saya merupakan pujian sebab para cebong, kampret, kadal gurun adalah sesama mahluk hidup ciptaan yang Maha Kuasa yang masing-masing memiliki kelebihan tersendiri. Saya tidak memiliki pamrih kekuasaan apalagi jabatan apa pun maka bukan berniat menjilat namun sekadar merasa bahagia bahwa para pemimpin bangsa Indonesia berkenan tidak saling bermusuhan.

Saya merasa bahagia bahwa para pemimpin bangsa berupaya saling mengerti, saling menghargai dan saling menghormati demi menjalin Persatuan Indonesia untuk bersama mengabdikan diri bukan bagi kepentingan parpol atau kelompok apalagi diri sendiri. Para pemimpin bangsa mengedepankan kepentingan rakyat terutama yang belum menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Merdeka !

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan yang sedang mempelajari politik kemanusiaan sebagai mahkota segenap apa yang disebut sebagai politik 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya