Berita

Ketua Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur/RMOL

Hukum

Lambat Proses Buzzer Istana, YLBHI Pertanyakan Netralitas Polisi

SENIN, 14 OKTOBER 2019 | 19:05 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Netralitas aparat penegak hukum dipertanyakan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Bukan tanpa alasan, menurut ketua Advokasi YLBHI Muhammad Isnur, hal ini terlihat dari perbedaan penindakan antara buzzer pro pemerintah dengan buzzer yang mengkritik pemerintah.

Isnur mengaku heran dengan adanya perbedaan perlakuan hukum. Dia mencotohkan kasus yang belum lama terjadi yakni, ketika kepolisian dengan begitu cepat memproses dan menindak para aktivis Dandy Laksono dan Ananda Badudu yang mengkritik pemerintah.


"Ya itu sangat terang benderang masyarakat bertanya-tanya, kok kalau Dandy Laksono, Ananda Badudu ko cepet diproses? Dan malah mengada-ada ya," ucap Muhammad Isnur kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (14/10).

Namun, aparat kepolisian malah bungkam terhadap buzzer yang pro terhadap pemerintah. Contohnya terhadap pelaporan Denny Siregar yang telah menyebarkan informasi hoax tentang ambulans pembawa batu malah ditolak laporannya oleh pihak Polda Metro Jaya.

"Kok buzzer-buzzer yang mendukung Istana lambat sekali, enggak diproses. Tadi saya menyebut Ulin, Deny Siregar melakukan hoaks ambulans, Eko soal informasi BKN itu gimana?," jelasnya.

Isnur mengaku tidak mengetahui kenapa aparat kepolisian melakukan perbedaan perlakuan hukum terhadap para buzzer.

"Kita enggak tahu, tapi seperti ada perbedaan perlakuan. Seperti pisau itu akan tajam ke bawah, tumpul ke atas. Jangan sampai penegakan hukum itu seperti pisau tadi atau seperti belah bambu, yang bawah diinjak yang atas diangkat," tegasnya.

Dia berharap kepada Presiden Joko Widodo diperiode kedua pemerintahannya harus melakukan Reformasi besar-besaran terhadap Lembaga penegak hukum yakni Polri dan Kejaksaan.

"Harusnya Kepolisian sama kejaksaan memberlakukan sama. Harus ada reformasi kelembagaan tentu. Pasca Reformasi kan dulu polisi diharapkan demokratis, peduli HAM. Tapi perkembangannya malah mengkhawatirkan. Penting bagi seluruh elemen bangsa mengevaluasi kelembagaan ini, kejaksaan dievaluasi, Kepolisian di evaluasi gitu," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

Platform X Setor Denda ke Negara Atas Pelanggaran Konten Pornografi

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04

Prabowo Komitmen Tindak Tegas Pembalakan Liar di Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:02

KPK Sebut Temuan BPK Soal Penyelenggaraan Haji Tahun 2024 Jadi Informasi Tambahan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43

Prabowo Pastikan Distribusi Pangan Jangkau Wilayah Bencana Terisolasi

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:16

Cuaca Jabodetabek Cenderung Cerah Berawan di Akhir Pekan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:01

Koalisi Permanen Perburuan Kekuasaan atau Kesejahteraan Rakyat?

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:51

KPK Masih Telusuri Dugaan Alur Perintah Hingga Aliran Uang ke Bupati Pati Sudewo

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:17

JEKATE Running Series Akan Digelar di Semua Wilayah Jakarta

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:08

PAM Jaya Didorong Turun Tangan Penuhi Air Bersih Korban Banjir Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:40

PKS Jakarta Sumbang Rp 1 M untuk Korban Bencana Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:31

Selengkapnya