Para pembantu Presiden Joko Widodo mulai ramai mengeluarkan pernyataan jelang pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober mendatang.
Mereka bersemangat tampil di media untuk membela Jokowi dengan harapan bisa dipilih kembali sebagai menteri di periode kedua.
Namun demikian, tidak sedikit dari mereka yang justru membuat blunder saat berkomentar. Salah satunya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko.
Pernyataan mantan panglima TNI yang menyebut Jokowi-Maruf sudah tidak membutuhkan buzzer dianggap mendiskreditkan Jokowi. Sebab, pernyataan itu seolah mengkonfirmasi bahwa Jokowi pernah memiliki buzzer.
Jelang pelantikan presiden, Jurubicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak turut mengomentari susunan kabinet Jokowi.
Dia menyarankan agar Jokowi mengambil mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah sebagai pembantu yang menggantikan Moeldoko.
“Sebagai kepala KSP misalnya,†ujar Dahnil dalam akun Twitter pribadinya, Selasa (8/10) lalu.
Menurutnya, jika ada Fahri di kubu Jokowi, perdebatan di publik semakin menjadi lebih berkualitas. Oposisi, sambungnya, juga punya lawan berat saat berdebat.
“Minimal yang di luar pemerintah punya lawan berpikir dan kepresidenan bisa terbantu membangun percakapan dan dialog berkualitas di internal,†tutupnya.
Namun demikian, Fahri mengaku tidak berminat dengan jabatan itu. Sembari berkelakar, Fahri mengaku lebih memilih menjadi seorang penjaga masjid.
“Kelebihan marbot adalah dia selalu mendengar suara azan. Berbeda dengan jubir, kadang azan kelewatan,†jawabnya kepada Dahnil.