Berita

Surya Paloh/Net

Politik

Terpapar Kapitalisme Liberalisme

JUMAT, 16 AGUSTUS 2019 | 11:17 WIB

PANCASILA lebih sebagai slogan ketimbang dasar penyelenggaraan negara. Ungkapan Surya Paloh yang menyatakan Indonesia negara kapitalis liberal membenarkan slogan itu. Semua tahu Surya Paloh adalah bagian penting dari rezim Jokowi bahkan sponsor utama dan penentu kebijakan pemerintahan Jokowi pula.

Majalah Tempo pernah menempatkan kedudukan menentukan Surya Paloh di balik Jokowi dalam edisi "Dalam Bayang Bayang Paloh".

Nasdem dikenal juga sebagai partai yang bertaburan uang. Ia punya kekuatan mengendalikan. Nah pernyataan Paloh tentang negara kapitalis liberal menjadi sangat penting.

Surya Paloh adalah pelaku yang ikut serta membangun negara kapitalis liberal tersebut. Pengalaman sebagai pelaku politik membuat pernyataannya lebih akurat kebenarannya ketimbang seratus pengamat yang menganalisa hingga berbusa busa.

Negara kapitalis liberal adalah negara yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian inilah realita kegagalan Pemerintahan Jokowi selama lima tahun ke belakang. Rezim ini menyebabkan Indonesia menjadi negara gagal untuk memenuhi tuntutan Konstitusi. Pasal 33 UUD1945 semakin jauh dan negara kesejahteraan (welfare state) sama sekali tidak tercapai.

Apa tujuan pernyataan Surya Paloh di kampus UI tersebut  hanya dia yang tahu. Murni akademik yang "terpaksa" mengungkap kejujuran ataukah ada motif untuk menekan Presiden dalam rangka penyusunan Kabinet ?

Yang jelas fakta telah diungkapkan. Surya Paloh dan partai Nasdem bukan korban dari kapitalisme dan liberalisme tetapi menjadi "mesin" dari isme tersebut. Menteri-menterinya menjadi elemen "penyedot" uang untuk penggalangan kekuatan politik.

Jaksa Agung berperan besar. Ini yang membuat Mega dan PDIP nya "iri" pada daya tekan dan daya sedot Jaksa Agung tersebut. Mega meminta Jokowi agar Jaksa Agung harus dari kalangan profesional. Nasdem ngotot bertahan. Tentu saja karena posisi ini bisa menjadi mesin strategis bagi kapitalisme partai menuju kapitalisme sistem politik.

Kita merdeka untuk merontokkan kapitalisme dan liberalisme, karenanya dibuat ideologi Pancasila dengan sila sila yang anti kapitalisme dan liberalisme.

Tak ada Ketuhanan pada kapitalisme yang ada adalah kekuasaan uang. Tak ada kemanusiaan yang adil dan beradab. "Free fight" bisa menindas dan biadab. Persatuan bisa utopia, yang terjadi adalah persaingan dan konflik. Mengeliminasi kerakyatan, hikmah, dan permusyaratan.

Akhirnya tak mungkin ada keadilan sosial sebab kekayaan hanya berputar pada segelintir pemilik modal. Kapitalisme liberalisme adalah musuh negara Pancasila.

Kini negara kita disinyalir oleh "orang paling dalam" dari rezim, Bapak Surya Paloh,  bahwa politik dan ekonomi sudah berada dalam jeratan sistem kapitalisme dan liberalisme. Jokowi lah yang paling berdosa membawa negara ke alam yang bertentangan dengan Pancasila ini. Karenanya ia sebagai Presiden mesti bertanggungjawab. Pilihan bagi wakil-wakil rakyat hanya satu yaitu "impeachment".

Jokowi mesti diturunkan secara konstitusional oleh wakil wakil rakyat. Jika tidak, maka wakil wakil rakyat itu akan dinilai oleh masyarakat sebagai pendukung atau pelaku kapitalisme dan liberalisme juga.

Nah sekarang jangan saja pejabat berteriak mewanti wanti rakyat, kampus, atau birokrasi itu terpapar radikalisme, tapi juga harus investigasi dan kriminalkan pejabat atau siapapun yang terpapar kapitalisme dan liberalisme.

Mereka adalah musuh musuh Pancasila.
Merdeka..!

M. Rizal Fadillah
Pemerhati Politik

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya