Berita

Kepala Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari/RMOL

Politik

Megawati Minta Jatah Menteri Banyak, Demokrat: Zaman SBY Tidak Ada Partai Minta-minta

SABTU, 10 AGUSTUS 2019 | 14:15 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Partai Demokrat menanggapi pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang blak-blakan meminta jatah menteri kepada Presiden terpilih Joko Widodo saat pembukaan Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8).

Kepala Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan, partainya tidak pernah mengemis meminta jatah menteri meskipun Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih kembali sebagai presiden pada Pemilu 2009.

"(Zaman) Pak SBY, tidak ada satu partai pun meminta-meminta (jatah menteri) secara terbuka kepada Presiden," kata Imelda di sela-sela diskusi publik bertajuk "Membaca Arah Tusukan Pidato Mega" di kawasan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8).


Menurut Imelda, partainya mengerti etika politik dalam berkoalisi. Sebab, keputusan soal jatah menteri itu merupakan sepenuhnya kewenangan Presiden terpilih.

"Itu hak prerogatif penentuan menteri itu ada pada Pak Presiden," cetus Imelda.

Bahkan, kata Imelda, di era Presiden SBY menyoal pembahasan komposisi kabinet pun dilakukan secara tertutup. Sekalipun ketika tahun 2009 ada Sekretariat Gabungan (Sesgab), tetapi penentuan posisi menteri dalam kabinet sepenuhnya diserahkan kepada presiden terpilih.

"Pidato bu Mega silahkan saja. Kalau kita ingat 2009 ada Seskab, dan penentuan menteri, tetap diserahkan kepada Presiden terpilih ketika itu," kata Imelda.

Lebih lanjut, Demokrat hanya berharap kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi-Maruf dapat menahkodai Indonesia dan tidak menghiraukan intervensi-intervensi politik lainnya.

"Kami harap Jokowi-Maruf bisa mimpin dengan stabil, berprestasi, well done. Itu saja," pungkasnya.

Selain Imelda, hadir narasumber lain dalam diskusi tersebut yakni politikus Gerindra Andre Rosiade, Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Ali Munhanif, dan Direktur Presidential Studies UGM Nyarwi Ahmad.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya