Berita

BPS rilis hasil pertumbuhan ekonomi kuartal II/RMOL

Bisnis

BPS: Akibat Perang Dagang AS-China, Tantangan Ekonomi Indonesia Semakin Berat

SENIN, 05 AGUSTUS 2019 | 18:39 WIB | LAPORAN:

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tantangan Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian kedepan dinilai akan berat, sebabnya pengaruh perlambatan perekonomian global.

Sebelumnya, BPS merilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019, tercatat terjadi perlambatan dengan persentase 5,05 dibandingkan triwulan II 2018 sebesar 5,27 persen. Sementara itu jika dihitung secara kuartal, pertumbuhan ekonomi tiga bulan kedua tahun ini hanya tumbuh 4,2 persen.

Namun demikian, BPS menilai masih baik jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I yang turun 0,52 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengaku untuk melihat kuartal III, tidak bisa memprediksi pertumbuhan perekonomian, hanya saja tantangan perlambatan ekonomi kedepan akan mempengaruhi pertumbuhan.

“BPS enggak akan buat prediksi, tetapi tantangan kedepan enggak gampang, ini kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sudah rilis hampir semuanya menunjukkan perlambatan. Minggu depan akan banyak negara-negara yang akan rilis, tetapi prediksinya juga menunjukkan perlambatan,” ungkap Suhariyanto di Gedung 3 BPS, Jalan Dr. Sutomo, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (5/8).

Lanjut dia, perlambatan ekonomi secara global juga akan mempengaruhi ekspor-impor Indonesia kedepan. Ia menyebut perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin memanas menjadi fakot utama.

Untuk diketahui, Presiden Donald Trump merencanakan tarif baru pada barang-barang China yang dikenai 10 persen atau 300 miliar USD, pada 1 September mendatang.

“Jadi tantangan kedepan adalah perlambatan ekonomi global, itu menjadi sebuah tantangan yang tentunya berpengaruh pada ekspor dan impor. Kemudian juga perang dagang yang diharapkan mereda tapi kemudian ada statement dari Presiden AS agak diluar dugaan,” sambungnya.
 
Meskipun begitu, Suhariyanto yakin Indonesia bisa melewati tantangan tersebut asalkan bisa menjaga stabilitas politik dan keamanan. Selain itu perlu melakukan efisiensi regulasi.

“Untuk menggerakkan investasi, kita perlu menjaga kestabilan politik dan keamanan. Kita perlu memberi kepastian hukum, dan perlu memangkas regulasi yang tidak perlu, kemudian dari sisi hilirisasi juga menjadi PR,” jelasnya. 

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya