Berita

Publika

Pancasila Sebagai Ideologi Jalan Tengah

SELASA, 25 JUNI 2019 | 12:18 WIB

PANCASILA sebagai jalan tengah adalah jalan keseimbangan membangun bangsa dan negara, tidak ekstrim kiri juga tidak ekstrim kanan.

Jika ideologi besar di dunia ini dikelompokan dalam dua kutub yaitu ideologi yang berbasis pada demokrasi liberal dan ideologi yang berbasis pada sosialis komunis maka Pancasila adalah titik temu di antara kedua ideologi besar tersebut.

Meskipun demikian, demokrasi dan sosialisme Pancasila berbeda dengan kedua ideologi tersebut. Demokrasi Pancasila menghendaki demokrasi musyawarah mufakat yang dilandasai oleh kebijaksanaan, sedangkan sosialisme Pancasila menghendaki keadilan dan kesejahteraan bersama atas semangat gotong royong,saling berbaagi senasib sepenanggungan.


Pancasila sebagai jalan tengah juga mengandung makna sebagai titik keseimbangan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Hendaknya dalam  pembangunan bangsa dan Negara perlu keseimbangan antara pembangunan yang bersifat duniawi dan surgawi atau materi (fisik) dan SDM (spiritualitas).

Pancasila tidak menghendaki pembangunan bangsa dan Negara yang semata-mata bertujuan untuk pemenuhan hawa nafsu duniawi yang bersifat fisik materi namun juga pembangunan watak kewargaan atau sumber daya manusia yang relijius, cerdas dan bijaksana.

Pancasila Jalan Pembebasan

Kemerdekaan bangsa manapun dimuka bumi ini hendak bertujuan untuk menciptakan kebahagian, membebaskan warga bangsanya dari cengkraman penderitaan.

Demikian dengan Indonesia merdeka hendak membebaskan penderitaan seluruh rakyat Indonesia dari cengkraman kolonialisme menuju masyarakat yang bahagia yaitu masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh para pendiri bangsa jalan pembebasan menuju kehidupan yang berbahagia itu telah ditetapkan yaitu Pancasila.

Pancasila sebagai jalan pembebasan hendak menuntun bangsa dan Negara Indonesia untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, mencapai cita-cita kemerdekaan. Menuntun seluruh bangsa Indonesia untuk terbebas dari penderitaan yang yang disebabkan oleh kemiskinan dan kebodohan.

Bahkan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Pancasila hendak menuntun bangsa Indonesia untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin (duniawi dan surgawi).

Namun dalam perjalanannya, Pancasila dihadapkan pada tantangan yang sangat kompleks baik itu tantangan dari dalam maupun dari luar. Terkait tantangan dari dalam sesungguhnya Bung Karno telah mengingatkan bahwa dalam perjalanannya Pancasila akan dihadapkan oleh bangsanya sendiri, “perjuanganku lebih mudah karena hanya mengusir penjajah, namun perjuanganmu lebih berat karena melawan bangsamu sendiri”.

Jika kita merenungkan, baik dulu, saat ini atau yang akan datang sesungguhnya ada tiga tantangan atau hambatan yang selalu di hadapi oleh Pancasila sebagai ideologi negara yaitu yang pertama, kelompok orang yang berwatak rakus dan seraskah yang hidup memberhalakan materi, mereka-mereka ini adalah para koruptor,para pelaku kolusi, dan nepotisme, serta para pengusaha hitam.

Kedua, kelompok-kelompok orang yang berwatak pembenci, intoleran, radikal yang anti keberagaman. Ketiga, kelompok-kelompok orang bodoh yang mudah terhasut dan terpropokasi.

Ketiga watak di atas tidak hanya dapat merusak Negara namun dapat menghacurkan sebuah Negara jika terus dibiarkan berkembang.

Maka dari itu, untuk menangkal ketiga watak tersebut perlu dikebangkan tiga karakter Pancasila berikut ini, pertama karakter kesederhanaan yaitu karakter hidup yang tidak memberhalakan materi, bersahaja, memiliki rasa puas diri, senang berbagi.

Kedua karakter cinta tanah air yaitu karakter welas asih yang diwujudkan melalui cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada alam semesta, dan cinta kepada sesama manusia.

Ketiga karakter cerdas dan bijaksana yaitu kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana. Ketiga karakter ini akan menumbuhkan budaya atau karakter malu dan takut, yaitu rasa malu dan takut untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, yang merugikan diri sendiri dan orang lain, yang merugikan bangsa dan negara.

Oleh Bung Karno untuk menangkal ketiga watak yang menghabat Pancasila sekaligus untuk menumbuhkan tiga karakter Pancasilais di atas, telah merumuskan Tri Sakti sebagai strategi pembudayaan Pancasila.

Pertama Pancasila menghendaki sistem berbangsa dan bernegara (sistem berpolitik) yang berdaulat. Sistem bernegara yang mengarutamakan musyawarah dalam mencapai mufakat. Dalam konteks saat ini Pancasila sesungguhnya menghedakan sistem bernegara yang transparan, terbuka, dan akuntabel.

Di era digital saat ini pemerintah dituntuk untuk menerapkan sistem pemerintahan yang berbasis pada sistem digital secara menyeluruh. Sistem digital yang terbuka akan mempersempit ruang bagi para koruptor dan pengusaha hitam yang merugikan Negara.

Sistem digital sebagai ruang bagi pejabat publik untuk membangun keteladanan, malu pamer kemewahan di saat sebagian besar rakyat masih hidup dalam kesusahan, ruang bagi pejabat publik untuk menujukan keteladanan yang sederhana.

Sistem pemerintahan Pancasila menghendaki pemerintah untuk melakukan tindakan tegas terhada Aparatur Sipil Negara (ASN) atau siapapun yang melakukan tindakan bergtentangan dengan Negara. Pejabat publik dan ASN sebagai aktor utama pembudayaan Pancasila sebagai bentuk implementasi sistem bernegara yang Pancasilais.

Kedua, Pancasila menghendaki sistem ekonomi gotong royong yang berkeadilan, sistem ekonomi yang menghendaki para pengusaha besar berbagi kekuatan ekonomi dengan cara melakukan pemberdayaan terhadap pelaku usaha kecil menengah di desa-desa.

Sistem ekonomi yang berkeadilaan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Ketiga Pancasila menghendaki hendanya sistem pendidikan nasional bertumpu pada akar budaya sebagai kepribadian bangsa. Sistem pendidikan tidak hanya mencetak manusia yang cerdas tapi juga manusia yang bijaksana.

Kondisi hari ini, di saat fenetrasi dan infiltirasi buadaya asing yang semakin kuat bisa menjadi ancaman tercerabutnya akar budaya bangsa. Pemerintah harus menetapkan kebijakan yang mengharustamakan pembangunan budaya bangsa jika ingin menyelamatkan Pancasila sebagai ideologi Negara. Menghancurkan budaya sama dengan menghilangkan Pancasila karena Pancasila bersumber dari akar budaya.

Milenial dan Pancasila

Indonesia masa depan sangat ditentukan oleh watak dan karakter pemuda saat ini. Hanya pemuda yang memiliki karakter Pancasila yang akan mampu membawa burung garuda terbang tinggi yang tidak hanya mampu memayungin Indonesia tapi juga dunia. Karena itu ketiga karakter Pancasilais di atas harus terus ditumbuh kembangkan di dalam diri setiap pemuda di Indonesia.

Mencintai budaya bangsa adalah keharusan bagi pemuda, yang tidak kalah penting adalah pemuda saat ini harus meneladadi tokoh-tokoh para pendiri bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan yang lainnya. Beliau adalah pelopor dalam membangun gerekan kemerdekaan, maka pemuda hari ini harus menjadi pelopor dan penggerak dalam pembangunan bangsa. Pemuda sebagai penggerak pembangunan di desa-desa untuk memberikan tetesan keadilan bagi masyarakat desa.

Jika saja pemuda-pemuda bangsa saat ini memiliki karakter seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan yang lainnya yang rela berjuang demi bangsa dan Negara, maka bukan saja Indonesia yang akan berubah duniapun akan berubah. Pancasila jaya, Indonesia maju adi daya.

Salam Pancasila

Adi Kurniawan, M.Si

Direktur Ideologi dan Politik Perkumpulan Pembangunan Karakter dan Kebangsaan/Nation and Character Building Institute (NCBI)


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya