Berita

Fahri Hamzah/Net

Politik

Fahri Hamzah: Masak Rakyat Nggak Boleh Sekadar Ngoceh Di Medsos

SABTU, 08 JUNI 2019 | 16:15 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Fenomena saling lapor polisi atas fitnah yang terjadi di media sosial membuat Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah prihatin. Menurutnya, fenomena ini hanya akan memaksa polisi untuk tebang pilih laporan.

Atas alasan itu, Fahri menilai fitnah yang muncul cukup diklarifikasi saja di media sosial, sebagaimana memberikan hak jawab di media massa.

“Nggak usah bikin capek Polri. Sebab nanti kasus terlalu banyak dan polisi terpaksa tebang pilih. Lalu yang memfitnah cukup ngaku, kalau bisa minta maaf. Kalau nggak ya apa boleh buat,” tegasnya dalam akun Twitter pribadi sesaat lalu, Sabtu (8/6).

Menurutnya, etika yang sudah berjalan dengan baik di media massa dalam melakukan konfirmasi harus dikembangkan di media sosial. Caranya, dengan mengembangkan etika antar sesama.

“Sekarang kita kembangkan etika antara kita saja meski media sosial itu kompleks. Sebab anonim ikut terlibat. Dewasa aja,” tegasnya.

Fahri menilai fenomena orang mengunggah kicauan di media sosial kemudian dipenjara sebagai hal yang mengerikan. Apalagi, jika kicauan itu sebatas ditujukan untuk mengkritisi kinerja pemerintah.

“Sementara sebagian yang mendukung pemerintah tidak diproses. Sebagian itu, karena di media sosial ada yang saling intip. Saling lapor,” sambungnya.

Lebih dari itu, Fahri khawatir dengan masa depan kebebasan di negeri ini. Utamanya, saat  media sosial tidak lagi bisa menjadi ruang publik yang membebaskan masyarakat dari pengapnya belenggu kekuasaan.

“Kita perlu ruang untuk sumpah serapah yang jujur dan apa adanya. Untuk yang ini bahkan saya tidak mau blok,” katanya.

“Marahlah, bahkan kalau kemarahan dan sumpah serapah caci maki itu jujur saya ingin memberi hadiah. Agar rakyat pembayar pajak itu punya ruang menuntut. Setelah mereka membayar pejabat publik termasuk penegak hukum, masak rakyat gak boleh sekadar ngoceh di media sosial?” sambung Fahri.

Fahri menegaskan bahwa kejujuran dan kritik itu penting, bahkan harus dihargai. Untuk itu, kebebasan untuk menyampaikan kebenaran tidak boleh dibatasi.

“Negara harus kita lawan dan dipersulit apabila ingin merampas kebebasan kita secara semena-mena. Mari jaga akal sehat kita,” pungkasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya