Berita

Abdullah Hehamahua/Net

Publika

Surat Terbuka Abdullah Hehamahua: Kita Harus Terima Presiden Hasil Kecurangan?

RABU, 29 MEI 2019 | 14:45 WIB

Beberapa hari belakangan ini sebuah artikel yang disebutkan ditulis mantan anggota Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan mantan penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua beredar luas di jejaring media sosial.

Redaksi menghubungi Abdullah Hehamahua yang kemudian membenarkan bahwa artikel itu adalah tulisannya untuk merespon sebuah kisah mengenai integritas dan manusia Indonesia.

Atas izin Abdullah Hehamahua, Redaksi  memuat artikel itu sebagai surat terbuka. Berikut kutipan lengkapnya:


SEBENARNYA saya tidak ingin komentari kisah ini karena saya sudah membacanya beberapa kali sejak lima tahun lalu. Cuma saya tergelitik dengan apa yang terjadi beberapa pekan belakangan ini di mana presiden, para menteri, dan penegak hukum, khususnya kepolisian bertingkah seperti mahasiswa Indonesia yang belajar di Perancis tersebut.

Sebenarnya, sebagian besar kalangan termasuk saya pribadi sudah melupakan kecurangan yang terjadi pada Pilpres 2014 yang lalu.

Ditakdirkan, Ketua MK yang mengadili sengketa Pilpres 2014 itu, yunior saya di Unhas sehingga saya tahu jalan cerita kecurangan Pilpres 2014 tersebut.

Lalu sebagian masyarakat termasuk saya pribadi tenggelam dalam kesibukan rutin masing-masing sehingga kecurangan Pilpres 2014 itu terlupakan.

Namun, ada sekitar 700 orang petugas KPPS meninggal dunia dalam waktu relatif bersamaan pasca pilpres. Lalu Menkes melarang autopsi mayat mereka. Kemudian ditemukan ratusan selongsong peluru tajam yang dilepaskan Brimob dalam menghalau demonstran tanggal 21 hingga 22 mei.

Saya lalu melihat pengakuan mahasiswi Indonesia yang belajar di Perancis tersebut bahwa kesalahan yang dilakukan sebagai persoalan sepele, sama seperti pengakuan KPU, Bawaslu, presiden, menteri dan penegak hukum.

Apakah DNA mahasiswi itu sama dengan yang dipunyai Menkes, Brimob dan presiden yang merasa bangga dapat menipu sistem yang ada demi mencapai ambisi pribadi?

Lalu, kita harus terima presiden hasil kecurangan yang kedua kalinya?

Bangsa ini betul-betul sedang sakit parah. Lalu terbayang masa muda saya sebagai mahasiswa di Makassar yang sering masuk dan keluar sel dan penjara karena memperjuangkan aspirasi mahasiswa.

Saya menunggu dan menunggu tampilnya mahasiswa seperti tahun 1965-1967, 1974, dan 1998 yang karena people power mereka, dua presiden fenomenal dilengserkan.

Saya lalu menghayal, apakah dalam usia senja ini, saya harus turun ke jalanan lagi untuk merasakan bagaimana makanan di sel dan penjara.

Bahkan saya juga menghayal bagaimana nikmatnya Hasan Albana, Sayid Kutub, dan pahlawan dari kampung saya sendiri, Ahmad Lusi (Pattimura) meninggal di tiang gantungan karena keteguhan melawan penguasa yang curang dan zalim.

Apalagi memerhatikan piagam Wira Karya saya yang dianugerahkan pemerintah karena memiliki andil dalam pembangunan integritas nasional, khususnya di KPK.

Lalu muncul pertanyaan dahsyat, “Hei Abdullah Hehamahua, kamu salah seorang cucu Pattimura, masihkah kamu berintegritas?”

Ya, Allah aku rindu menjumpaiMu sebagai seorang syuhada. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin!

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya