Berita

Ilustrasi

Dunia

PACIFIC EXPOSITION FORUM

Indonesia Perlu Merangkul Pasifik Yang Semakin Diperebutkan Super Power

KAMIS, 02 MEI 2019 | 09:28 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Masih banyak pandangan di dalam negeri yang melihat Pasifik sebagai kawasan yang tidak memiliki makna yang besar secara politik dan ekonomi. Pandangan seperti ini adalah sebuah kekeliruan, karena faktanya walaupun kecil Pasifik semakin hari semakin diperebutkan negara-negara super power dan negara-negara tetangga Indonesia.

Indonesia juga dinilai perlu menanamkan pengaruh di kawasan Pasifik karena secara geografi, sebagian wilayah Indonesia masuk dalam wilayah Pasifik, dan sebagian warganegara Indonesia adalah ras Melanesia.

Itu antara lain kesimpulan dari penjelasan yang disampaikan Dutabesar Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, dalam dialog di Metrio TV, Rabu pagi (2/5).


“Kita perlu merangkul mereka, karena pada satu saat nanti bisa berguna. Pasifik semakin lama semakin diperebutkan super power,” ujarnya.

Di sisi lain, Dubes Tantowi Yahya mengatakan, selama ini negara-negara Pasifik hanya melihat Australia dan Selandia Baru sebagai negara besar di kawasan itu.

Padahal, dibandingkan kedua negara itu, Indonesia lebih dekat dengan Pasifik, karena secara geografis sebagian wilayah Indonesia termasuk dalam kawasan Pasifik dan dengan sendirinya penduduk di wilayah itu adalah ras Melanesia dan Polinesia.

“Kita harus mengubah paradigma. Kalangan bisnis di dalam negeri biasanya menganggap Pasifik sebagai market yang kecil, hanya 30 juta orang,” sambungnya.

Tetapi negara-negara tetangga Indonesia di Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam, justru lebih dahulu hadir di Pasifik melalui berbagai ragam produk mereka.

“Level of awareness masyarakat Pasifik terhadap Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan Filipina yang hadir lewat tenaga kerja. Thailand dan Vietnam yang hadir dengan supermarket dan restoran,” urai Dubes Tantowi Yahya.

“Selama kita melihat Pasifik sebagai pasar yang kecil dan merepotkan, maka kita tidak akan pernah hadir di Pasifik,” sambung dia lagi.

Untuk mengubah paradigma yang keliru mengenai Pasifik, yang sudah kadung berkembang luas dan kuat di tengah masyarakat Indonesia, Dubes Tantowi Yahya mengatakan pihaknya menginisiasi Pacific Exposition Forum yang akan diselenggarakan di Auckland pada bulan Juli mendatang.

“Maksud kita menyelenggarakan Pacific Exposition Forum dalam rangka meningkatkan presensi Indonesia di Pasifik dan juga ujungnya kalau bisa kita menciptakan pengaruh Indonesia pada neagra-negara Pasifik, dalam konteks ekonomi,” jelas Dubes Tantowi Yahya.

“Kita tidak seperti negara super power lainnya yang bermain di Pasifik dengan kepentingan tertentu. Kita hadir sebagai satu kekuatan besar di kawasan ini dalam rangka memberikan avenue, memberikan ruang bagi negara-negara Pasifik itu untuk bermain di kawasan ini,” sambungnya.

Dubes Tantowi Yahya menjelaskan, sebelum Indonesia “masuk”, penduduk kawasan Pasifik tidak lebih dari 35 juta jiwa, dengan negara terbesar Australia dan Selandia Baru, dan total GDP 1,6 tiliun dolar AS.

Sementara setelah Indonesia masuk, kawasan ini menjadi economic zone baru dengan penduduk sebanyak 300 juta jiwa dan total GDP melompat menjadi 2,8 triliun dolar AS.

“Alhamdulillah trend sangat positif (menyambut Pacific Exposition Forum). Kita harapkan ada 20 negara yang berpartisipasi. Dari 20 negara itu sudah 80 persen melayangkan konfirmasi keikutsertaan. Mereka tidak melihat agenda lain kecuali keinginan Indonesia untuk meng-enggage mereka, negara-negara Pasifik, secara lebih dalam melalui program ekonomi dan capacity building,” demikian Dubes Tantowi Yahya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya