Berita

Omar Basyir/Net

Dunia

Sudan Akhirnya Mengikuti Jejak Aljazair

JUMAT, 12 APRIL 2019 | 16:57 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

PRESIDEN Omar Basyir akhirnya dipaksa lengser setelah berkuasa di Sudan selama 30 tahun. Kini mantan Presiden berusia 75 tahun yang meraih kekuasaan melalui kudeta pada tahun 1989 itu, dikabarkan berada dalam pengawasan tentara.

Perjuangan rakyat melawan pemerintah berlangsung sejak 19 Desember tahun lalu, ditandai oleh gelombang protes yang dimulai dari kota Atbara, akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga roti. Gelombang perlawanan rakyat ini berkembang dan berubah dengan cepat menjadi gerakkan yang menuntut demokratisasi yang berujung pada tuntutan ganti Presiden.

Kondisi ekonomi Sudan menurun drastis setelah Sudan Selatan melepas kan diri dan menjadi negara merdeka. Padahal wilayah kaya minyak di Selatan ini, menyumbangkan dua pertiga pendapatan pemerintah pusat di Khartoum yang berasal dari minyak. Sementara Darfur terus bergejolak menuntut pemisahan diri sebagaimana yang dilakukan Sudan Selatan.

Bentrokan antara demonstran dengan aparat tak terhindarkan, menyebar ke banyak kota, terutama di ibukota Khartum. Dikabarkan paling tidak rakyat yang meninggal 22 orang dan 150 lebih luka-luka. Sementara sejumlah aparat juga dikabarkan gugur saat menjalankan tugas.

Menteri Pertahanan Jenderal Ahmed Awad Ibnu Auf kemudian bergerak, dan memaksa sang Presiden turun tahta, setelah dalam seminggu terakhir kantornya dikepung ribuan demonstran.

Melalui TV juru bicara militer mengumumkan negara dalam keadaan darurat, karena itu  diberlakukannya jam malam selama satu bulan, kemudian Militer akan mengendalikan pemerintahan sementara sekurangnya selama dua tahun sampai diadakannya pemilu.

Merespon pengumuman ini rakyat yang didukung kelompok oposisi memprotesnya, sembari menuduh militer telah melakukan kudeta. Mereka tentu saja khawatir, pengalaman mantan Presiden Omar Bashir yang baru saja lengser, yang juga mendapatkan kekuasaan melalui kudeta akan berulang kembali. Kini rakyat bertekad melanjutkan perjuangannya, sampai terbentuknya pemerintahan transisi yang dipimpin oleh kekuatan sipil prodemokrasi.

Dibanding Aljazair dimana militer menjaga jarak diantara berbagai kelompok kekuatan politik yang bersaing dalam memperebutkan kekuasaan. Di Sudan militer mengambil peran utama, kemudian mengambil kendali kekuasaan itu sendiri, sembari menempatkan rakyat tetap dalam posisi pinggiran. Dengan kata lain, kekuasaan di Sudan beralih dari satu kekuatan militer ke militer lain.

Sejarah Sudan modern dimulai ketika ia memisahkan diri dari Mesir pada tahun 1956. Artinya hanya 3 tahun setelah Mesir berubah dari kerajaan menjadi republik pada tahun 1953 sekaligus melepaskan diri dari penjajah Inggris. Saat Mesir masih berbentuk kerajaan, Sudan yang berada di hulu sungai Nil ini menjadi bagian dari Mesir.

Nama resminya ketika negara baru ini diproklamirkan adalah Republic of Sudan. Pergolakan politik yang tiada henti di salah satu negara Arab miskin di benua Afrika ini mendorong militer mengambil-alih kekuasaan. Lancarnya pengambialihan kekuasaan dari Perdana Mentri Sadiq Al Mahdi ke tangan militer yang dipimpin Brigader Jenderal Basyir saat itu, tidak bisa dipisahkan dari dukungan yang diberikan oleh tokoh Islam karismatik pendukung Ikhwanul Muslimin bernama Hasan Turabi. Omar Basyir kemudian didaulat menjadi presiden ke-7, yang terus terpilih kembali melalui pemilu yang dikontrol oleh Pemerintah.

Hasan Turabi yang memimpin Popular Congress Party kemudian terpilih sebagai Ketua Parlemen sampai tahun 1999. Ia kemudian meninggalkan Omar Bashir karena kecewa dengan kepemimpinan militeristik yang otoriter yang dikembangnya. Hasan Turabi kemudian menjadi oposisi utama dan melakukan perlawanan terus-menerus menuntut demokratisasi. Akibatnya ia berulangkali harus keluar-masuk penjara sampai akhir hayatnya.

Kini rakyat Sudan memiliki peluang untuk mengimplementasikan demokrasi kembali walau tidak mudah, mengingat sejarah panjang militer mengendalikan kekuasaan. Apalagi Mesir yang menjadi negara tetangganya di Utara, sekaligus bekas induknya, saat ini bersama Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab menjadi kekuatan regional yang berusaha memadamkan gerakan prodemokrasi di semenanjung Arabia sejak Musim Semi Arab melanda wilayah Timur Tengah.

Melihat kondisi seperti ini, maka ketidak pastian masa depan Sudan sungguh sangat tinggi. Diperkirakan eskalasi politik tidak akan mereda, bahkan bisa jadi akan meningkat. Semoga proses demokratisasi di Sudan tidak menuntut tambahan korban anak bangsanya sendiri. Walau kita tidak bisa berbuat apa-apa, akan tetapi doa tetap diperlukan.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Bungkam City di Etihad, Liverpool Unggul 11 Poin dari Rival Terdekat

Senin, 24 Februari 2025 | 07:39

ADHI Laporkan Telah Gunakan Semua Dana Obligasi 2024

Senin, 24 Februari 2025 | 07:37

CDU/CSU Unggul, Friedrich Merz Calon Kanselir Jerman Selanjutnya

Senin, 24 Februari 2025 | 07:18

OJK: Perlu Upaya Sistematik dan Terkoordinasi untuk Capai Tingkat Market Share

Senin, 24 Februari 2025 | 07:00

Polisi Amankan Remaja Ugal-ugalan Bawa Senjata Tajam

Senin, 24 Februari 2025 | 06:57

20 Siswa SMP Diamankan Polisi

Senin, 24 Februari 2025 | 06:08

Dukungan untuk AHY Mengalir Deras

Senin, 24 Februari 2025 | 05:45

Balada Bayar, Bayar, Bayar

Senin, 24 Februari 2025 | 05:18

Waspada Potensi Banjir Pesisir di 17 Wilayah RI

Senin, 24 Februari 2025 | 04:41

Puncak Arus Mudik Penumpang KA Diprediksi Akhir Maret

Senin, 24 Februari 2025 | 04:30

Selengkapnya