Berita

Capres Prabowo Subianto/Net

Politik

Prabowo, Uber Alles, Indonesian First

MINGGU, 31 MARET 2019 | 05:43 WIB | OLEH: DR. SYAHGANDA NAINGGOLAN

PRABOWO, uber alles, Indonesia di atas segalanya, Indonesian first, mengutamakan Indonesia. Tentu di bawah kekuasaan Allah.

Beberapa kawan menjapri saya bahwa malam ini kepuasaan mereka terhadap debat sudah tercapai, Prabowo top. Aslinya Prabowo yang tegas, tajam visioner terlihat nyata.

The national core interest.
National interest alias kepentingan nasional adalah sangat penting alias inti dalam hubungan internasional. Juga dalam pertahanan bangsa. Namun, bagi Prabowo ada lagi yang lebih penting yakni inti daripada inti hubungan internasional dan pertahanan itu sendiri yakni kedaulatan bangsa.

Investasi asing bukan berarti memberikan keleluasaan pelabuhan udara dan pelabuhan laut dikuasai asing. Kita tahu pelabuhan udara seperti Halim Perdanakusuma dijadikan basis Kereta Cepat China, padahal Halim itu adalah pangkalan militer strategis. Begitu juga pengelolaan terminal-terminal pelabuhan hampir sepanjang 10 kilometer dermaga di Tanjung Priok dikuasai asing meski Pelindo II memayungi bisnis di sana.

Kedaulatan sebuah bangsa bukan ditunjukkan oleh jualan senyum antara pemimpin bangsa. Prabowo mengatakan bahwa senyum-senyum para diplomat memang merupakan kerja mereka. Tapi Prabowo tahu bahwa dalam pandangan negara tetangga dan pandangan komunitas diplomat dan jurnalis asing negara kita hanyalah bangsa yang direndahkan, kita hanya bangsa konsumtif, penumpuk utang, penikmat impor, miskin dan lain sebagainya.

"Indonesia is a nation of great potential, and will  always be a potential," kata Prabowo tentang isi kepala diplomat itu.

Kita hanya jadi bangsa besar dan kuat jika kita membangun negara kita sungguh-sungguh, kerja keras, bebas korupsi, kuat persenjataan, barulah negara-negara lain bukan sekedar jualan senyum tapi benar-benar mendengar bangsa kita. Kita bukan sekadar mak comblang alias menjadi penengah tanpa pengaruh melainkan penengah yang bisa mengarahkan.

Pemerintah bersih.
Teknologi dalam pelayanan publik adalah sebuah keniscayaan. Di negara-negara barat, misalnya, pemberian bantuan sosial tidak perlu ramai-ramai presiden dan menterinya kumpulkan rakyat pakai antrian panjang. Mereka 30-an tahun lalu sudah pakai teknologi transfer. Untuk apa pihak Jokowi bicara sok gunakan teknologi tapi pas kasih bansos suruh rakyat manual antrian?

Dalam debat tadi Prabowo dengan jelas mengatakan bahwa antara teknologi dan korupsi alias jualan jabatan keniscayaan dan fakta nyata dalam pemerintah Jokowi. Hampir semua kementerian Jokowi terlibat jualan jabatan. Memalukan. Yang ditangkapi KPK baru di Kementerian Agama.

Bagi Prabowo antara penggunaan teknologi dan mentalitas pejabat negara yang anti korupsi harus sejalan. Karena keduanya merupakan tulang punggung pelayanan publik. Tidak bisa hanya didukung salah satunya saja.

Ideologi.
Pancasila bagi Prabowo adalah kontrak mati. Sebagai manusia yang sudah masuk tentara di umur 18 tahun. Tentara di usia remaja itu sudah disumpah sampai mati setia pada Pancasila.

Antara indoktrinasi versus edukasi, Prabowo meyakini bahwa peluang mendidik manusia-manusia Indonesia menjadi Pancasilais sejati dapat dilakukan sejak pendidikan usia dini, sampai ke universitas.

Pancasila menurut Prabowo adalah sebuah keyakinan yang bersifat historis sebagai falsafah bangsa. Tanpa falsafah itu tiada negara Indonesia. Bagaimana menanamkan Pancasila kepada rakyat tanpa indoktrinasi? Versi non indoktrinasi menurut Prabowo adalah via pendidikan.

Edukasi terhadap manusia-manusia Indonesia dilakukan sejak pendidikan usia dini, sampai ke universitas.

Tidak kalah pentingnya adalah tauladan para elite negeri. Keduanya, edukasi dan tauladan pemimpin bisa sama nilainya dengan indoktrinasi. Sebuah ideologi ditularkan memang harus mendekati indoktrinasi.

Jika tanpa tauladan, melainkan memecah belah rakyat, seperti elite rezim saat ini, penyebaran Pancasila akan gagal. Sebab, Pancasila adalah doktrin persatuan nasional, semua suku dan agama harus dianggap sama haknya dan equal, bukan dipecah belah.

Sekali lagi yang dikedepankan Prabowo nantinya adalah satu kata dan perbuatan. Itulah yang namanya tauladan pemimpin.

Prabowo juga memberitahukan bahwa isu khilafah hanyalah isu pepesan kosong. Namun, Prabowo yakin bahwa Islam dan Pancasila bukan suatu yang perlu dikontestasikan. Tidak ada juga bagi Prabowo isu menghapus tahlilan.

Rohingya.
Prabowo merasa urusan etnis Rohingya adalah etnik cleansing, sebuah kejahatan kemanusiaan. Namun, kita hanya menjadi bangsa lemah alias jadi mediator alias broker yang kurang dihormati. Jika kita menjadi negara kuat, bukan negara miskin yang haus impor mengimpor, lalu kita menjadi negara disegani di ASEAN barulah Myanmar melihat kita dengan segan. Barulah kita bisa menolong orang-orang Islam di Myanmar itu.

Kita butuh menjadi negara kuat, bukan nenjadi negara cepat, yang tanpa arah. Cepat boleh, tapi kuat lebih dihormati.

Prabowo telah tampil gagah malam ini. Debat dalam pengertian sesungguhnya adalah substance, spontaneity and answer to tough questions. Secara substansi Prabowo sudah menjelaskan pandangan dia dari sisi ideologi, pertahanan bangsa yang kuat, hubungan luar negeri dan pemerintahan yang baik. Intinya ada dua yakni kedaulatan bangsa dan pemerintahan yang bebas korupsi.

Gaya Prabowo di panggung juga benar-benar jadi singa panggung. Gagah dan tajam. Tajam pikirannya, tajam lidahnya dan tajam matanya.

Wes wayahe bangsa ini sudah menerima takdirnya menemukan pemimpin sejati. Prabowo uber alles, Indonesian first.

Penulis adalah direktur Sabang Merauke Circle.


Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya