Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Polemik Khilafah

JUMAT, 29 MARET 2019 | 15:59 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

DI Pilkada Jakarta, Anies-Sandi diserbu fitnah "Jakarta Syariah". Non muslim, liberal, moderat, sekular dan nahdliyin ditakut-takuti issue “khilafah".

Hampir dua tahun pasca Anies-Sandi dilantik, Jakarta tetap Jakarta.

Sedikit berubah lebih adem setelah Anies Baswedan jadi gubernur. Jarang banjir. Tukang ojek online dan jasa catering bisa beroperasi di Jalan Sudirman-Thamrin. Nasrani bisa gunakan Taman Monas. Alexis ditutup oleh Satpol PP Perempuan. No clash.

Hanya Ahoker-Mafia Player Balaikota yang marah dan meradang. Sebabnya lahan korupsi mereka dipotong Anies Baswedan.

Issue "Jakarta Syariah" dan Khilafah hanya modus operandi elite pengusung Ahok-Djarot. Namanya ”Fearmongering”. Isapan jempol berhadiah kekuasaan.

Dengan kekuasaan di tangan, mereka bisa nyolong duit negara, ngetop, kencan dengan Vanessa Angel 80 juta dan jual-beli jabatan seperti Romi.

Grand strategy mayoritas followers paslon Ko-Ruf No 1 masih ”Fearmongering”. Menginjeksi Islamophobia. Rasa takut diyakini lebih efektif daripada rasa lapar.

<>“Part of the reason that the government's fear mongering is succeeding is because so many people are so ignorant, that it is easier for government to frighten people in submission,” kata Penulis James Bovard.

Maka persetan dengan daya beli lemah akibat policy pajak yang salah. Swasta bangun sepotong jalan tol berbayar, dipaksain jadi Prestasi Jokowi. Nggak peduli usia, Kyai Maruf Amin direkrut jadi cawapres. Eliminasi Prof Mahfud MD. Fungsinya, sedot suara nahdliyin.

Jokower grassroot cuma Pasukan Nasi Bungkus. Jokowi dua periode, mereka tetap ngutang, nunggak bayar listrik dan nggak sanggup beli rumah.

Pihak yang diuntungkan dari Jokowi dua periode ya dia-dia lagi. Broker politik, buzzer, kontraktor proyek dan taipan. Jokower grassroot cuma dapet kaos dengan gambar Kyai Maruf siluet biru, merah, hijau, kuning mirip diagram partai gay dan lesbian. Bonusnya nasi-bungkus dan duit goban.

Selagi Gubernur Ganjar gunakan APBD 18 miliar gelar konser Apel Kebangsaan Slank, ente dapet apa?!

Narasi “fearmongering” itu seputar delusional story. Rekayasa konsultan politik. Outline-nya itu-itu aja. FPI, khilafah, Negara Islam, Suriahnisasi Indonesia dan Syariah Laws. Hayalan tingkat tinggi seperti pasien over-dosis sanax.

Jokower grassroot dan liberal elites memang kurang piknik. FPI sudah ada sejak 1998. HTI bebas-bebas saja di masa lalu. Sudah ada dari tahun 1983.

Baru dipermasalahkan sejak Jokowi-Ahok berkuasa. Menurut Bret Stephens, institutionalized racism dan jihadist merupakan liberalism’s imaginary enemies.

PEW Research melakukan riset. Hasilnya, dari 1.6 milyar muslim hanya 0.006625 persen mendukung violence.

Tapi karena pemerintah butuh ”imaginary enemy” to divert people attention, maka ”blame it on Islam attitude” diimplementasi. Hasilnya, ”A divided society”. Investor males tanam duit. Solusinya ya ngutang lagi ke China.

Premis awal dari grand strategy fitnah khilafah sudah salah. ”Fear” bukan ”primum-movens”. National Institutes of Health menyimpulkan motivasi utama manusia adalah ”hunger, thirst, & fear”.

Keruntuhan ekonomi sudah dirasakan middle class. Mereka sudah ngga tahan. Jangankan bangun pabrik, import saja susah sekarang. Tempat-tempat hiburan sepi. Masyarakat pilih simpan uang.

Aneka rupa kebohongan seperti pembebasan Siti Aisyah dari pengadilan Malaysia membuat publik makin meradang.

Di zaman Pak Harto, sekali pun masih membangun, Indonesia punya regional prestige as "big brother”. Sekarang Indonesia hanya periphery country. Negara Pinggiran. Thanks to national leaderships.

Karena itu, jangan heran bila April 2019, paslon Ko-Ruf No 1 akan tumbang.

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya