Berita

Menkopolhukam Wiranto/Net

Publika

Manufacturing Consent

KAMIS, 28 MARET 2019 | 15:59 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

DI masa Presiden SBY berkuasa, Budiman Sujatmiko menunggangi gerakan "Massa Actie"-nya si Jumhur Hidayat. Kontra Pemerintah.

Sujatmiko menyatakan variable demokrasi seperti "freedom of speech" terancam.

Liberal Pioneer Rizal Mallarangeng mempermalukan Sujatmiko dengan argumen bila Presiden SBY otoriter, Lho Jumhur kok bisa menggelar aksi demonstrasi dan Sujatmiko bebas ngoceh menyerang Pemerintah SBY.


Semalam di ILC, Arya Sinulingga membantah Rocky Gerung dengan metode serupa. Inas Zubir Hanura meradikalisir counter attack klik cebong dengan menambah bumbu istilah "ngibul" yang diangkat Rocky Gerung.

Dalam rangka kontrol media, "Rezim Kerja" mengadopsi pola melting pot blender antara Amerika dan China.

Ada "limited freedom of speech" dalam frame "Too Liberal" outlook. Dampaknya; Bunuh Diri Massal Intelektual.

Dalam rangka mengontrol media, Pemerintah Komunis China mempraktekan tiga "complex combination"; Party monitoring news content dari 358 stasiun television dan 2.119 koran, legal restrictions on journalists, dan financial incentives for self-censorship.

Di Amerika dan Indonesia, tidak ada direct state monitoring news content dan incentives for self sensorship.

"Rezim Kerja" ngga ragu cangkok format "Too Liberal" dari Amerika. Mereka tau media liberal serve elites interest.

Media Liberal mengambil alih fungsi Reich Minister of Propaganda of Nazi Germany Paul Joseph Goebbels.

Dalam Buku "Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media" Edward S. Herman dan Noam Chomsky menerangkan model propaganda "systemic biases" yang dimainkan media-media liberal.

Motif "Bias Tersistematis" adalah stabilisasi profit bisnis media.

"Framing" dan "spin-doctoring" merupakan Aspek penting dalam media bias. Tujuan "membingkai berita" adalah menggiring opini publik. Nyaris semua mainstream media melakukan framing dan nyepin berita yang menguntungkan penguasa. Tak heran bila mutu jurnalistik turun drastis.

Kolaborasi rezim, taipan, media moguls dan buruh jurnalistik merupakan natural filter bubbles dan menghasilkan apa yang disebut Noam Chomsky sebagai "flak mechanism" yaitu "to discredit organizations or individuals who disagree with or cast doubt on the prevailing assumptions favorable to The Establishment".

Noam Chomsky menyebut favorable assumptions itu sebagai the fifth filter.

Di Era Cold War, asumsi filter kelima itu diidentifikasi dengan frase "Anti Communism". Chomsky memodifikasi dan update the fifth filter dengan generic terms seperti "enemy", "fear", dan "evil dictators".

"Because if people are frightened, they will accept authority," kata Noam Chomsky.

Di Indonesia, The Fifth Filter itu ditransformasi menjadi Anti Islam Radikal, Anti HTI, Anti FPI dan "organisasi-organisasi yang itu".

Karena jika rakyat takut, mereka akan pasrah dan mudah ditipu.

Klik Anti dan Pro Rezim dibiarkan berkelahi di ruang media sosial. "Rezim Kerja" percaya diri menang.

Ketika Jasmev dan tuyul-tuyul cyber dipukul-buyar oleh Moslem Cyber Army, di situ "Rezim Kerja" mengimplementasi Quasi Chinese Model; Tangkap oposisi dengan Jerat UU ITE.

Saat kekalahan itu semakin nyata, Jenderal Wiranto merilis ide menjerat hoax dengan UU Terorisme.

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya