Berita

Nasaruddin Umar/Net

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (55)

Pelajaran Diplomasi Publik (21)

Belajar Dari Umar ibn Khathab
RABU, 27 MARET 2019 | 09:32 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

UMAR ibn Khathab bisa menjadi pelajaran pent­ing dalam dunia diploma­si kita, tentu saja sebagai manusia biasa tak luput juga dari kelemahan. So­sok Umar ibn Khathab ini identik dengan sosok ke­jujuran. Ia sangat tegas dan orangnya sangat ber­sahaja. Meskipun dia seorang khalifah den­gan segala kekuatan dan pengaruh yang dimilikinya tetapi ia tetap santun dan bersa­haja tetapi tegas. Terkadang menurut logika umum itu sudah wajar dan sudah lumrah se­bagai seorang pejabat publik apalagi seba­gai khalifah, namun dia tetap konsisten dan tidak bergeming terhadap berbagai upaya pemberian gratifikasi.

Suatu saat Umar ibn Khathab pernah mendapatkan hadiah berupa selembar saja­dah istimewa dari Abu Musa al-Asy'ary, Gu­bernur Kufa, yang tidak lain sesungguhnya adalah sahabat dekatnya. Di luar dugaan, tanpa memperhatikan kemewahan sajadah yang dibikin khusus itu, Khalifah Umar me­lemparkan sejadah itu kembali ke Abu Musa al-Asy'ary seraya mengatakan dengan su­ara yang keras: "Apa yang memotifasi anda memberikan sajadah ini? Ambil kembali, kami tidak memerlukan barang ini!". Tentu saja Abu Musa al-Asy’ari kecewa namun ia mengambil hikmahnya, kalau dirinya juga harus melakukan hal yang sama terhadap para bupati yang melakukan hal yang sama terhadapnya.

Pengalaman lain, Khalifah Umar pernah mendapatkan hadiah khusus berupa maka­nan yang sudah pasti istimewa dari Gubernur Azerbejan yang dibawa oleh utusan khusus. Umar menerima kiriman itu dan bertanya ke­pada utusan yang membawanya: "Apakah makanan ini umum dikonsumsi oleh rakyat di sana?". Utusan itu menjawab: "Tidak Bag­inda, makanan ini adalah makan istimewa untuk kelas atas". Mendengarkan keteran­gan itu, Khalifah Umar menanyakan kepada utusan itu: "Mana untamu?" Lalu Umar mele­takkan kembali pemberian itu ke pelana unta sambil mengatakan: "Bawa kembali maka­nan ini kepada tuanmu, sampaikan pesan saya: 'Takutlah kepada Allah dan kenyang­kan dulu rakyatnya dengan makan yang bia­sa dia makan baru memberi hadiah kepada orang lain'.


Dua contoh di atas cukup bagi kita untuk me­nyimpulkan bahwa pantas Khalifah Umar ibn Khathab dikenang di dalam sejarah. Pantas ekspansi dan futuhat-nya diterima baik di selu­ruh negeri yang dikunjunginya, karena ia ada­lah sosok khalifah pro-rakyat. Di mana negeri didatangi Umar di situ ia disambut dengan hati yang gembira, sekalipun agama masyarakat itu berbeda dengan agama Umar.

Pengalaman ekspedisi Khalifah Umar mengunjungi Yerusalem, warga setempat lansung menjalin kerjasama dengan Khalifah Umar dengan menandatangani persepaka­tan yang terkenal dengan Piagam Aelia. Inti perjanjian itu Khalifah Umar dianggap seba­gai tokoh pembebas warga Kristen lokal Ye­rusalem dari warga Kristen Romawi-Byzan­tium yang menguasai mereka sejak lama. Warga Kristen lokal lebih rela dipimpin Khali­fah Umar yang muslim ketimbang kaki-tan­gan Raja Romawi-Byzantium yang Kristen. Masyarakat setempat lebih memilih taat ke­pada Piagam Aelia ketimbang mengakui ha­sil Konsili Kalsedon, yang dihasilkan Kristen Roma-Byzantium. Pada saat bersamaan Kristen lokal Aelia juga membenci kaum Ya­hudi dan kuil Solomon mereka dijadikan tem­pat pembuangan sampah. Perjanjian Aelia memberikan jaminan eksistensi terhadap tiga agama dominan sebelumnya yaitu Yahu­di, Kristen lokal, Keristen Orthodox Romawi- Byzantium, dan tentu saja ditambah dengan Islam. Pribadi agung seorang Khlifah Umar lebih disukai masyarakat setempat, seka­lipun berbeda agama.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya