Berita

Foto:Net

Publika

Harapan Baru Timur Tengah Datang Dari Aljazair

RABU, 13 MARET 2019 | 19:15 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

GELOMBANG demokrasi yang melanda dunia Arab yang kemudian dikenal dengan istilah "Musim Semi Arab", dimulai dari Tunisa pada tahun 2011, diikuti oleh Mesir, Libia, Suriah, Yaman, serta sejumlah negara Arab lainnya walau dalam kadar yang lebih rendah.

Dari seluruh negara Arab yang dilanda Musim Semi ini, hanya Tunisia yang berhasil keluar dengan selamat. Sementara negara-negara Arab lain, ada yang kembali atau tetap dipimpin oleh rezim otoriter seperti Mesir dan Suriah, ada yang terperangkap dalam perang saudara berkepanjangan dan belum tampak kapan akan berakhir seperti Yaman dan Libia, dan ada pula yang pengaruhnya mampu diredam seperti yang dialami sejumlah negara Arab kaya di kawasan Teluk.

Sebenarnya Aljazair jauh lebih awal mendapat kesempatan melakukan demokratisasi, dengan cara melaksanakan Pemilu yang "Jurdil" pada tahun 1990. Pemilu ini melahirkan kemenangan Partai Islam FIS (Front Islamique du Salut). Kemenangan FIS tidak bisa diterima oleh penguasa lama dan militer. Kemudian dengan dukungan sejumlah negara Barat, keduanya menjadikan FIS yang dipimpin oleh Abbasi Madani seorang dokror lulusan Universitas London dan Ali Belhadj seorang guru agama, sebagai musuh negara dan membasminya dengan tangan besi.

Ada kesalahan yang dilakukan oleh para pemimpin FIS, yakni janji-janjinya untuk memgubah negara secara fundamental, baik melalui kampanye sebelum pemilu, maupun setelah dinyatakan menang pasca pemungutan suara. Pemilu ditempatkan sebagai legitimasi sekaligus mandat yang bersifat mutlak. Karena itulah, tidak ada upaya untuk mengakomodasi kekuatan politik lama maupun militer. Lebih dari itu, Islam sebagai ideologi FIS ditampilkan dengan wajah yang garang dan mengancam.

Kegagalan FIS mengambil-alih kekuasaan, atau keberhasilan kolaborasi penguasa lama dengan militer, walaupun mampu menegakkan ketertiban umum, akan tetapi ternyata telah menimbulkan luka dan trauma yang mendalam khusus para aktifis pro demokrasi, bukan hanya di Aljazair saja, akan tetapi di kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Hal yang serupa ternyata juga terjadi saat Ikhwanul Muslimin (IM) berhasil memenangkan pemilu demokratis di Mesir. Hanya saja, IM sempat memerintah walau hanya dalam waktu sangat singkat, yaitu sekitar satu tahun saja.

Tampaknya kini Aljazair memulai gelombang kedua Musim Semi Arab. Setelah Presiden Abdelaziz Bouteflika yang berkuasa sejak 1999 dan kini berusia 82 tahun serta dalam keadaan sakit serius, membatalkan pencalonannya kembali untuk masa jabatan yang ke-5. Berita ini tentu disambut gembira dan antusias warga Aljazair, khususnya para pemuda dan mahasiswa yang berdemonstrasi di sejumlah kota selama berhari-hari untuk menolak pencalonannya kembali Bouteflika.

Selain memberikan peluang tampilnya pemimpin baru, Bouteflika juga menunda Pemilu yang sedianya akan dilaksanakan pada 18 April mendatang, membentuk panitia independen melalui konferensi yang akan diselenggarakan secara demokratis. Panitia ini diharapkan akan mempersiapkan konstitusi baru yang akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan pemilu, setelah mendapatkan persetujuan rakyat melalui referendum. Lahdar Brahimi seorang diplomat senior, mantan Menlu, dan pernah menjadi Utusan khusus PBB untuk sejumlah urusan Timur Tengah diharapkan akan memimpin panitia ini.

Apa yang dilakukan Bouteflika harus dipandang sebagai sebuah kearifan, sekaligus keseriusan untuk memgimplementasikan demokrasi di negrinya. Bagi kalangan oposisi dan kelompok Islam, semestinya melihat semua ini sebagai peluang emas untuk mengimplementasikan demokrasi melalui proses yang damai.

Yang perlu diingat, kemenangan dalam pemilu bukan berarti kemenangan mutlak, sehingga menjadikannya sebagai  mandat untuk melakukan segalanya. Kompromi, negosiasi, dan akomodasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan demokrasi di negara modern.

Di sinilah sejatinya tantangan terbesar dunia Arab yang memiliki budaya keras dan hitam-putih, sehingga cenderung berfikir zero sum game dalam masalah kekuasaan. Lebih dari itu, sejarah panjang kekuasaan dalam dunia Arab didominasi dengan proses yang berlumuran darah.

Semoga bangsa Aljazair cepat belajar dari saudara-saudaranya serumpun dan tidak masuk dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Keberhasilan demokrasi di Aljazair, tentu akan membuka harapan berseminya kembali demokrasi di seluruh dunia Arab.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Disdik DKI Segera Cairkan KJP Plus dan KJMU Tahap II

Sabtu, 30 November 2024 | 04:05

Israel dan AS Jauhkan Umat Islam dari Yerusalem

Sabtu, 30 November 2024 | 03:38

Isu Kelompok Rentan Harus Jadi Fokus Legislator Perempuan

Sabtu, 30 November 2024 | 03:18

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kadin Luncurkan White Paper

Sabtu, 30 November 2024 | 03:04

Pasukan Jangkrik Gerindra Sukses Kuasai Pilkada di Jateng

Sabtu, 30 November 2024 | 02:36

Fraksi PKS Usulkan RUU Boikot Produk Israel

Sabtu, 30 November 2024 | 02:34

Sertijab dan Kenaikan Pangkat

Sabtu, 30 November 2024 | 02:01

Bawaslu Pastikan Tak Ada Kecurangan Perhitungan Suara

Sabtu, 30 November 2024 | 01:48

Anggaran Sekolah Gratis DKI Disiapkan Rp2,3 Triliun

Sabtu, 30 November 2024 | 01:17

Mulyono Bidik 2029 dengan Syarat Jakarta Dikuasai

Sabtu, 30 November 2024 | 01:01

Selengkapnya