NABI Muhammad Saw sejak awal tidak pernah mencemaskan sebuah perbedaan yang terjadi di kalangan umatnya. PerÂbedaan bukan bencana melainkan hanya sebuah tantangan. Nabi pernah mengatakan: "Perbedaan di antara umatku adalah rahÂmat". Hanya orang-orang yang berjiwa kerdil yang mencemaskan perbedaan. Allah Swt juga sudah berkali-kali mengingatkan bahwa perbeÂdaan itu adalah sebuah keniscayaan. Dan jikaÂlau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kalian (hendak) memaksa manuÂsia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Q.S. Yunus/10:99).
Ayat tersebut menggunakan kata lau (wa lau sya' Rabbuka), yang dalam kebiasaan Al- Qur'an jika digunakan kata lau, bukannya in atau idza yang memiliki arti yang sama, yaitu "jika". Kekhususan penggunaan lau adalah isyarat sebuah pengandaian yang tidak akan pernah mungkin terjadi atau terwujud. SebaÂliknya kata idza menisyaratkan makna kepasÂtian akan terjadinya sesuatu, sedangkan kata in mengisyaratkan kedua-duanya, bisa terjadi atau bisa tidak terjadi. Ayat di atas mengguÂnakan kata lau lalu dipertegas dengan potonÂgan ayat berikutnya dengan menggunakan shiÂgat istifhamiyyah, tanda Tanya: Apakah kalian (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanÂya? Dalam ilmu Balaghah, salahsatu cabang ilmu bahasa Arab, shigat istifhamiyyah tersebut menegaskan ketidakmungkinannya hal yang dipertanyakan.
Populer
Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35
Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05
Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02
Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56
Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09
Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54
Rabu, 15 Mei 2024 | 02:41
UPDATE
Jumat, 17 Mei 2024 | 12:08
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:44
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:40
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:30
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:29
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:24
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:20
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:18
Jumat, 17 Mei 2024 | 11:03
Jumat, 17 Mei 2024 | 10:51