Bendungan Tanju di Nusa Tenggara Barat/Net
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendorong agar para ahli bendungan di Indonesia harus lebih mumpuni.
Tidak hanya dalam merencanakan dan membangun bendungan, tetapi juga dalam mengantisipasi ancaman terhadap bendungan, seperti resiko gempa bumi dan perubahan iklim ekstrim yang mengakibatkan kekeringan atau banjir.
Dorongan itu disampaikan Basuki dalam acara Seminar Nasional Bendungan dan Pengelolaan Bendungan 2018 dengan tema "Inovasi Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan" yang dihadiri para ahli bendungan di Batam, beberapa waktu lalu.
Acara yang diselenggarakan Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) dihadiri oleh Gurbernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun.
"KNI-BB berperan dalam menyiapkan SDM yang lebih tangguh, inovatif, dan tanggap terhadap ancaman bencana, tidak hanya di lokasi infrastruktur bendungan, tapi juga di lingkungan sekitarnya. Saya memberi tantangan apabila ada satu inovasi dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan yang dinilai oleh Komisi Keamanan Bendungan dan bisa diterapkan tahun 2019, saya akan berikan hadiah Rp100 juta," kata Basuki.
Basuki mengatakan pembangunan 49 bendungan baru pada 2015-2019, akan mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan negara. Selain sebagai sumber air irigasi, air baku, pengendalian banjir dan energi (PLTA), bendungan juga dapat menjadi icon atau landmark kawasan, sehingga mampu membangkitkan destinasi wisata baru dan memicu pertumbuhan ekonomi lokal. Dari 49 bendungan baru yang dibangun sejak tahun 2015 lalu, sudah 38 bendungan yang dibangun atau 78 persen dari rencana.
Dirjen Sumber Daya Air yang juga menjabat Ketua KNI-BB Hari Suprayogi mengatakan pada era teknologi informasi ini, KNI-BB mendorong inovasi dengan memanfaatkan teknologi antara lain dalam hal kalkulasi aliran masuk/keluar waduk, sehingga meningkatkan kinerja waduk, dan mengontrol pelepasan air yang lebih baik.
Kemudian penggunaan teknologi dalam menganalisa kondisi bendungan, sehingga mengoptimalkan Operasi dan Pemeliharaan (O&M) dan Quick Assessment berbasis risiko terhadap keamanan bendungan, sehingga informasi untuk tanggap darurat dan pengurangan risiko menjadi lebih baik.
Sementara itu Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun menyampaikan, pembangunan Bendungan Sei. Gong di Batam akan sangat membantu ketersedian air untuk masyarakat Batam. Kebutuhan air baku di Batam terus meningkat akibat pertambahan penduduk, sementara Pulau Batam merupakan daerah rawan krisis air.
Bendungan Sei Gong memiliki luas genangan 355 hektare dengan volume tampung 11,80 juta meter kubik dengan biaya pembangunan Rp238 miliar. Kapasitas air baku dari Bendungan Sei. Gong sebesar 400 liter per detik untuk mengatasi defisit air baku Kota Batam. Progresnya saat ini sudah mencapai 92 persen dan ditargetkan rampung akhir tahun 2018.
Turut hadir dalam acara tersebut Irjen Widiarto, Dirjen Cipta Karya Danis H. Sumadilaga, Kepala BPSDM Lolly Martina Martief, Sekretaris Ditjen SDA Muhammad Arsyadi, Direktur Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air Edy Juharsyah, Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Agung Djuhartono, Kepala Pusat Bendungan Ni Made Sumiarsih, Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku Amir Hamzah, dan Sekretaris BPIW Firman Napitupulu.
[nes]