Berita

Pangi Syarwi Chaniago/Net

Politik

Berebut Kursi Panas Wagub DKI

MINGGU, 23 SEPTEMBER 2018 | 07:01 WIB

SEPENINGGALAN Sandiaga Uno mendampingi Prabowo Subianto untuk nyapres, kursi wagub DKI sampai saat ini masih kosong dan menjadi perebutan sengit di internal partai koalisi.

Secara aturan hukum, kursi yang ditinggalkan Sandiaga Uno menjadi hak partai pengusung pasangan kandidat yang memenangkan pilkada tersebut, itu artinya Gerindra dan PKS harus berembuk (konsensus) untuk menentukan dan menyepakati nama yang bakal direkomendasikan ke DPRD DKI untuk mengikuti mekanisme selanjutnya.

Dalam perjalanannya, elite Gerindra beberapa kali menjanjikan kursi wagub DKI menjadi milik PKS sebagai sekutu koalisi utama. Harus kita akui, efektivitas mesin PKS memberikan kontribusi yang nyata bagi kemenangan pasangan Anies-Sandi pada pertarungan kontestasi elektoral di DKI Jakarta.

Bahkan dalam perjalanannya, PKS sebagai mitra koalisi beberapa kali menunjukkan sikap jiwa besar dan sering mengalah terhadap keinginan teman koalisi dengan merelakan posisi cagub Jabar untuk Gerindra.

Tidak hanya itu, merelakan Mardani Ali Sera hanya sebagai Ketua tim pemenangan di Jakarta, merelakan kembali kursi calon wakil presiden ke Sandiaga Uno, merelakan ketua tim pemenangan ke Djoko Santoso yang notabene juga kader Gerindra. Kalau ujung ceritanya, wagub DKI mengantikan Sandi nantinya juga dari kader Gerindra, maka sempurna-lah Gerindra memborong semua jabatan.

Sikap mengalah PKS ini bukan tanpa konsekuensi, PKS harus menelan pil pahit kalah di Jawa Barat yang 10 tahun terakhir merupakan basis utama PKS.

Sementara di DKI Jakarta, untuk pertama kalinya PKS abstain ke gelanggang politik memajukan kader terbaiknya sendiri di pilkada. Dalam dua pilkada DKI sebelumnya PKS selalu menjadi pemain utama, membaca trend penurunan ini, akankah PKS kehilangan legitimasi di DKI dan Jawa Barat? 2019 adalah tahun pembuktiannya.

Berkaca dari totalitas PKS dalam koalisi ini, semestinya Gerindra perlu kembali mengingat, mempertimbangkan untuk memberikan keleluasaan PKS dalam menentukan dan mengajukan nama wagub sebagai pengganti Sandiaga Uno.

Bagaimana pun dengan majunya Prabowo-Sandi sebagai pasangan capres dan cawapres, Gerindra yang mendapatkan cotail effect berlimpah. Partai Gerindra menang banyak.

Pengisian posisi wagub DKI, pada sisi lain menjadi ujian bagi Gerindra apakah mereka akan kembali “memborong” semua jabatan politik atau justru mau berbagi (power sharing) dengan teman sekutu koalisinya.

Dengan demikian, dibutuhkan langkah ke hati-hatian, salah melangkah dalam mengambil keputusan, risiko nggak main-main, jelas akan mempengaruhi ritme dan soliditas (all out) dukungan mesin PKS memenangkan pasangan Prabowo-Sandi. Apa yang bakal terjadi apabila PKS mematikan mesin?

Sebagai mana kita ketahui, Gerindra pada saat ini dalam posisi yang sangat dominan dalam menduduki jabatan strategis mulai dari capres, cawapres dan ketua KTN, semua posisi ini diisi oleh kader Gerindra.

Jika posisi wagub DKI masih jadi incaran Gerindra, argumentasi partai ini terkesan sebagai partai yang rakus dan serakah tak terbantahkan.

Situasi ini akan menjadi preseden buruk, secara tak langsung berdampak serius pada soliditas dan loyalitas dukungan partai yang tergabung dalam koalisi tersebut.

Soliditas dan loyalitas yang rendah, menjadikan koalisi ini sulit untuk memenangkan pilpres di tengah persaingan yang sangat ketat, dinamis dan kompetitif.

Dibutuhkan dukungan all out mesin partai dalam memenangkan pertarungan tersebut. Oleh karena itu, Partai Gerindra harus siap-siap menelan pil pahit kalah dalam pilpres dan ditinggal mitra koalisinya apabila rakus dan tak mau berbagi dengan teman sekutu koalisinya. [***]

Pangi Syarwi Chaniago

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya