Berita

Nasaruddin Umar/Net

Ormas Islam & Kelompok Radikal (35)

Belajar Dari Pengalaman Suksesi Utsman Bin Affan

SENIN, 20 AGUSTUS 2018 | 09:56 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

KEPERGIAN Umar ibn Khathab tak dapat lagi die­lakkan. Luka bekas tusu­kan yang dideritanya se­makin hari semakin parah. Akhirnya ia menghembuskan napas terakhir dengan tenang, meskipun pernah mengeluh karena mengapa harus meninggal di tempat tidur, bukannya di medan perang seperti yang sering diimpikannya. Ia kemudian digantikan oleh sahabat dekatnya Utsman ibn Affan.

Utsman bin Affan (574-656M) pada mu­lanya lebih menonjol sebagai saudagar professional lalu memeluk agama Islam bersama-sama sahabat senior lainnya. Karena itu ia juga termasuk Al-Sabiqun al-Awwalun. Selain sahabat Nabi, ia juga menantu Nabi karena mengawini dua putri Nabi, yaitu Ruqayyah dan setelah wafat dikawini lagi Ummi Kaltsum. Karena itu Utsman dijuluki juga dengan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya, yaitu dua putri Nabi. Ia terkenal sebagai supporter ekonomi per­juangan umat bersama segelintir orang pada masanya. Saat Perang Tabuk, Utsman men­dermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk. Ia juga membeli mata air (oase) dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham dan diwakafkan untuk kepentingan masyarakat umum. Ia pernah menyumbang gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering. Ia melakukan kodifikasi dan unifikasi mushaf Al- Qur’an yang kemudian namanya diabadikan sebagai mushhaf Utsmani. Ia juga membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya di­lakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukkan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat.

Utsman bin Affan berkuasa cukup lama, 12 tahun. Enam tahun pertama cukup menge­sankan dan banyak prestasi monumental yang dicatat di dalam sejarah. Namun enam tahun terakhir, seiring dengan usinya makin tua, banyak sekali diintervensi oleh orang-orang dekatnya di dalam menjalankan roda pemerintahan. Akibatnya muncul gelombang ketidakpuasan di dalam masyarakat, teruta­ma berkaitan dengan pengangkatan anggota keluarganya menjadi gubernur di sejumlah daerah. Puncak ketidak puasan sekelom­pok masyarakat ialah Utsman dibunuh oleh pemberontak, lalu kelompok pemberontak menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggan­tinya. Namun Ali sebagai orang yang memiliki kearifan yang tinggi, menolak dikukuhkan oleh pemberontak dan Ali meminta sahabat Ahli Badr (sahabat utama Nabi yang pernah ikut dalam Perang Badr).


Akhirnya hadirlah tiga sahabat senior, yaitu Thalhah, Zubair, dan Sa'ad bin Ubadah. Ali kemudian disetujui oleh sahabat utama ini maka ditetapkanlah Ali sebagai Khalifah keempat ketika keadaan masih dalam keadaan tidak tenang karena tidak jelasnya siapa sebenarnya kelompok pemberontak itu. Mu'awiyah bin Abu Sufyan, keluarga Utsman dan gubernur Syiria menolak membaiat Ali karena dua alasan. Tuntaskan dulu siapa pelaku pemberontak dan apa hukuman terhadap mereka yang telah membunuh Utsman. Alasan lainnya, penunjukan hanya segelintir orang tidak lagi memadai, mengingat dunia Islam sudah berkembang sedemikian luas, sehingga para gubernur pun seharusnya ikut menentukan khalifah.

Kepergian Utsman mulai terasa adanya faksi-faksi perpecahan umat. Ini disebabkan oleh semakin banyaknya sahabat-sahabat senior yang meninggal. Tokoh-tokoh muda yang tidak ikut di dalam suka duka per­juangan di masa-masa awal Islam mulai bermunculan. Sementara dunia Islam juga semakin meluas jauh dari pusat heard land tanah Arab, Sebagian sahabat senior ikut menyebar ke daerah-daerah baru meninggalkan kota Madina. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya