Berita

Nasaruddin Umar/Net

Ormas Islam & Kelompok Radikal (31)

Awal Ketegangan Politik Dalam Dunia Islam

SELASA, 14 AGUSTUS 2018 | 10:52 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

ISU suksesi dan ketegan­gan politik dalam dunia Is­lam berawal pada masa Khulafa’ al-Rasyidin. Han­ya saja, kearifan para sa­habat Nabi berhasil mere­dam ketegangan itu. Akan tetapi pasca Khulafa’ al- Rasyidin, ketegangan poli­tik tak terbendung lagi dan terjadilah apa yang biasa disebut dengan "fitnah kubra", yaitu fit­nah yang melahirkan perpecahan dan perang saudara melanda umat Islam saat itu.

Fitnah Kubra memuncak ketika Ali dan Mu'awiyah berseteru, masing-masing tidak ada yang mau mengalah di dalam memere­butkan pemimpin yang akan menggantikan Utsman. Ali sudah dilantik menjadi khalifah keempat tetapi tidak diakui oleh Mu’awiyah. Karena tidak ada yang mau mengalah, maka terjadilah peperangan yang disebut Perang Shiffin. Mu'awiyah didukung oleh 'Aisyah, istri Nabi dan Ali tentu saja didukung oleh istrin­ya, Fathimah, putri Nabi. Perang tidak dapat dielakkan antara keduanya. Di tengah perang saudara ini, Amr ibn 'Ash yang dikenal seba­gai politikus cerdik di pihak Mu'awiyah, me­nyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Ia menggunakan simbol 500 Al-Qur’an yang diusung di ujung tombak sambil mengajak se­mua pasukan untuk kembali kepada penye­lesaian secara Al-Qur'an. Ali dan Mu’awiyah menyetujuinya. Ali mengutus Abu Musa al- Asy'ary, seorang ulama yang disegani dan Amru ibn Al-Ash mewakili pihak Mu’awiyah. Amr ibn 'Ash tahu keshalihan dan kelemahan Abu Musa. Amr meminta agar demi kemuliaan Islam dan demi kemaslahatan umat Islam, se­baiknya Ali- dan Mu'awiyah mengundurkan diri lalu dicari tokoh lain yang lebih netral.

Dengan lugu Abu Musa, perunding me­wakili pihak Ali ibn Ai Thalib menerima usulan itu. Ia diminta berpidato di lebih awal di de­pan massa dan pasukan kedua belah pihak. Ia menyerukan bahwa sekarang ini tidak ada lagi khalifah dan kini saatnya kita akan men­cari khalifah yang dapat diterima oleh semua pihak. Tiba giliran Amr ibn 'Ash, menelikung pernyataan itu dengan mengatakan, oleh kar­ena sekarang tidak ada lagi khalifah maka dengan ini kami melegalkan Mu’awiyah seba­gai khalifah. Tentu saja pihak Ali tidak meneri­manya, maka peperangan pecah kembali. Be­gitulah seterusnya hingga Ali mati terbunuh.


Perang Shiffin merupakan perang saudara dalam dunia Islam. Peperangan ini sering disebut fitnah kubra atau fitnah terbesar da­lam sejarah umat Islam. Fitnah inilah kemu­dian melahirkan aliran teologi seperti syi'ah, murji'ah, khawarij, dan simbol ahlu sunnah.

Apa yang ditampilkan Amr ibn 'Ash itulah contoh Islam politik. Ia mengecoh lawannya dengan menggunakan simbol Al-Qur'an dan bahasa agama. Ia membakar emosi umat dengan menggunakan ayat dan hadis untuk mencapai kemenangan politik. Ia memojok­kan orang lain dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis. Ia juga mengguna­kan ayat dan hadis untuk menghilangkan dan membunuh karakter lawan-lawan politiknya. Abu Musa al-Asy'ary dapat dikatakan simbol dari politik Islam dan Amr ibn 'Ash merupakan simbol Islam politik.

Di dalam lintasan sejarah dunia Islam, per­gumulan antara politik Islam dan Islam poli­tik sering terjadi, tidak terkecuali di Indonesia. Ada golongan lebih menekankan pentingnya politik Islam, sementara golongan lain men­ganggapnya tidak cukup tetapi mesti harus dengan Islam politik. Ketegangan setiap suk­sesi dalam dunia Islam hampir selalu terja­di. Ini mungkin antara lain disebabkan tidak adanya standar baku yang mengatur urusan suksesi. Fikih siyasah lebih banyak berbi­cara tentang etika politik bukan sistem poli­tik. Tentu ada hikmahnya mengapa Al-Qur'an dan hadis tidak mengatur secara detail soal suksesi. Mungkin salahsatu hikmahnya biar­kanlah urusan politik praktis itu diselesaikan sendiri oleh kearifan lokal setiap komunitas umat, sebagaimana juga yang terjadi di da­lam suksesi para Khulafa' al-Rasyidin.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya